Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Amar Kadir mengatakan, mustahil hal itu terjadi. Jika benar, maka ekonomi akan buntu. Investor tak berani berinvestasi. "Tak ada satupun industri yang tidak membutuhkan listrik. Apalagi Sulawesi Selatan yang tengah giat mempromosikan diri untuk kemudahan berinvestasi," ucap dia saat ditemui di Kantor Gubernur, Makassar, Jumat (20/11).
Ia menjelaskan, kebijakan PLN itu tidak akan mungkin terjadi dalam jangka panjang. Paling tidak solusinya dengan pembatasan waktu dari pemakaian daya listrik. Semisal harus merubah jadwal produksi," ujar Amar.
Beberapa investasi baru di daerah ini antara lain, pengelolaan cokelat di Kabupaten Gowa. Ada juga rumput laut dan jagung di daerah Bantaeng dan Takalar. Yang harus disediakan pemerintah adalah penyediaan infrastruktur dan suasana kondusif dalam berinvestasi.
Bukan dengan pembatasan listrik. Jika memang perusahaan setrum pelat merah itu tak sanggup untuk menambah daya dan melayani pelanggan baru, ini mesti dicarikan jalan keluar. Salah satunya dengan pengembangan tenaga hidro atau diesel. Mau tak mau harus ada solusi, bukan dengan menutup peluang usaha.
Kepala Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah Sulawesi Selatan, Irman Yasin Limpo, mengatakan solusi menghadapi krisis listrik yang terbatas tentu dengan menggunakan genset sendiri. "Pada beban puncak, industri akan menggunakan genset sendiri. Setiap perusahaan pasti menyediakan keamanan terhadap produksi dan alat vital lainnya," ujar Irman.
Untuk investasi yang padat modal, investor sudah menghitung energi listrik yang dibutuhkan. Mereka akan menyiapkan genset jika pasokan listrik yang disediakan sangat terbatas. Segala macam krisis sudah diperhitungkan pada saat pabrik akan berproduksi.
Namun, secara umum, kata Irman, negara kita tengah mengalami krisis listrik, tapi ada solusi untuk mengganti keterbatasan penyediaan. "Kalau beberapa bulan ke depan diprediksi investasi akan berkurang di Sulawesi Selatan gara-gara pembatasan daya hingga, saya pesimistis investasi menurun. Perusahaan yang akan berinvestasi sudah mengkalkulasi kondisi yang menghambat produksinya," ucap Irman, menegaskan.
HAPSA MARALA