TEMPO Interaktif, Jakarta - Puluhan orang berseragam serba hitam dengan celana kombor lengkap dengan peci dan sabuk hijau besar melilit pinggang, sekilas tampak garang. Di belakang kaos hitam mereka yang bertuliskan "Gibass Jawara Ciliwung" mengingatkan kita pada sosok para pendekar Betawi zaman dulu.
Tapi jangan salah sangka dulu, memang mereka mempunyai kemaMpuan bela diri, namun bukan untuk berkelahi atau sok jagoan. "Kami ini para jawara untuk melawan sampah di Kali Ciliwung," ujar Kordinator Jawara Ciliwung Mamit Supriyadi (45), Sabtu (21/11).
Gibass atau Generasi Betawi Asli dan Serumpun adalah salah satu organisasi masyarakat yang ada di Kelurahan Lenteng Agung dan Tanjung Barat, Jakarta Selatan. Mereka tidak hanya melakukan kegiatan kesenian dan olah bela diri, tapi sekaligus melakukan kegiatan pembersihan bantaran Kali Ciliwung yang melintas kelurahan mereka.
Sejak Juni lalu mereka membentuk divisi khusus yang bertugas untuk menggerakkan masyarakat sekitar untuk membersihkan sampah di sepanjang bantaran sungai. "Dulu para jawara Betawi bertempur melawan penjajah, sekarang kita bertempur melawan sampah yang mengotori kali, semestinya seperti inilah peran para pendekar Betawi," tegas Ketua Gibas Rozali Yunus (55).
Berbagai kegiatan telah mereka lakukan bersama-sama warga, mulai dari membuat jalan setapak sepanjang 2,5 kilometer di sepanjang bantaran Kali Ciliwung di Kelurahan Lenteng Agung, penanaman pohon, hingga pengadaan lomba bersih-besih sungai dengan perahu.
"Kami membuka jalan setapak dari RT I hingga RT 14 di RW 8, agar orang nantinya tidak buang sampah ke sungai karena ada jalan yang mereka lewati, saat ini sudah terbuka sekitar 1 kilometer," ujar Mamit.
Pemerintah DKI berharap keberadaan para jawara itu bisa membantu mengawasi upaya pembersihan Ciliwung. "Dengan keikut sertaan warga kami harap Kali Ciliwung bisa lebih bersih dari sampah," ujar Ketua Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta Peni Susanti seusai pengukuhan dan pelantikan 26 anggota Gibas Jawara Ciliwung.
Di Lenteng Agung tidak hanya para jawara, para ibu juga aktif dalam kegiatan pembersihan sampah itu. Setiap Jumat, ibu-ibu RW 7 dan RW 8 Lenteng Agung yang tergabung dalam Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK) bersama-sama membersihkan sampah di jalan dalam kegiatan Jumat Bersih.
Tidak tanggung-tanggung, setiap yang tidak ikut kerja bakti akan kena denda. "Uang denda kami kumpulkan untuk kas PKK," ujar Ketua PKK RW 8 Lenteng Agung Sri Purwanti (50).
Menurut Ketua RW 8 Lenteng Agung Sarmili (54), warga Lenteng Agung mulai benar-benar konsen untuk membersihkan Kali Ciliwung sejak Juni lalu. "Karena kami gelisah, makin lama kondisi kali Ciliwung semakin kotor jauh seperti masa saya masih kecil dulu," ujarnya.
Hal senada diungkapkan Supriyadi. "Dulu tahun 1970 saya biasa mandi di kali, bahkan berani minum airnya, tapi sekarang banyak limbah industri dan rumah tangga yang mencemari, mungkin kami tidak bisa kembalikan kali ini seperti dulu, tapi setidaknya sampahnya bisa kami kurangi," ungkapnya.
Hasilnya, Lenteng Agung yang semula merupakan salah satu daerah penyumbang sampah Kali Ciliwung perlahan telah berubah. Dua lahan kosong di bantaran sungai di RT 4 dan RT 1 RW 8 Lenteng Agung yang dulu menjadi lokasi pembuangan sampah kini telah berubah menjadi Tempat Transit Sampah Sementara.
Sampah warga yang semula menggunung dan sering kali longsor ke sungai kini tidak ada lagi, digantikan dengan puluhan gerobak sampah berisi sampah warga yang secara rutin diambil mobil kebersihan daerah. "Dulu sampah-sampah yang menumpuk di Pintu Air Manggarai sebagaian adalah dari kami, tapi sekarang tidak lagi," ujar Sarmili.
AGUNG SEDAYU