Keempat aktivis yang masih bertahan di atas crane adalah Frank asal Jerman, Jetske asal Belanda, dan Joel dari Filipina. Alien adalah satu-satunya aktivis asal Indonesia yang masih bertahan. Mereka berada di atas crane sejak pukul 08.00.
Menurut Alien, mereka bertahan sembari duduk di bahu crane raksasa dengan ketinggian lebih dari 50 meter. "Kondisinya berangin dan panas terik," kata Alien melalui sambungan telepon, Rabu (25/11).
Perempuan 24 tahun asal Jakarta itu mengatakan para perwakilan Indah Kiat, polisi, dan petugas pemadam kebakaran yang total berjumlah enam orang sudah menghampiri para aktivis ke atas dan meminta mereka turun. "Kami memilih untuk tetap bertahan," kata Alien.
Teror lain dari Indah Kiat, kata Alien, adalah operator sempat menggerak-gerakkan crane untuk menakuti-nakuti para aktivis. Namun hal itu tak membuat niat para aktivis surut.
Keempat aktivis juga kehabisan logistik berupa air minum. "Petugas mengambil paksa tas kami yang berisi air minum," ujarnya. Walau sudah tidak memiliki air minum lagi, keempat aktivis sepakat untuk tetap melanjutkan aksi. "Kami akan bertahan selama mungkin," ujarnya.
Dari atas, Alien melihat bahwa tiga crane lain sudah kembali bekerja dan berfungsi mengangkat produk Indah Kiat ke dua kapal besar yang terparkir di Sungai Siak, tepi pabrik Indah Kiat, untuk diekspor. "Hanya crane yang kami naiki yang tidak bekerja," kata dia.
Dari atas, Alien juga melihat sedikitnya empat polisi yang berjaga-jaga di bawah. Sementara para satuan pengaman pabrik mondar-mandir.
tito sianipar