"Dari jumlah itu sebesar US $ 350 juta merupakan pinjaman bunga pasa kami dan sisanya dari dana multi donor," ujar Infrastructrue Specialist Bank Pembangunan Asia untuk Indonesia, Rehan Kausar hari ini (26/11), di Jakarta.
Dia mengatakan dana tersebut bisa mendanai proyek pembangkit hingga 250 megawatt, dari total 4.733 megawatt pembangkit panas bumi, dalam program 10 ribu megawatt.
Menurutnya, percampuran antara dana dari Bank Pembangunan Asia dengan multi donor akan lebih atraktif bagi peminjam. Bank Pembangunan Asia menawarkan bunga berbasis LIBOR (London Inter Bank Offering Rate) plus 0,2 basis point.
Sementara dana dari lembaga donor merupakan bagian dari program teknologi bersih beberapa negara berkembang, seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Swiss, yang mencapai US $ 5,5 miliar. "Indonesia mendapat US $ 350 juta, untuk bagian kami US $ 150 juta," ujarnya.
Bank Pembangunan Asia belum menentukan proyek panas bumi mana yang akan didanai, karena pemerintah juga belum memutuskan. "Dalam dua minggu ini Badan Perencanaan Pembangunan Nasional akan mengumumkannya," kata Kausar.
Tahun depan pihaknya akan mulai uji kelayakan soal potensi panas bumi di Indonesia. Lembaga donor ini juga tertarik mendanai proyek kelistrikan lainnya yang sedang berjalan. Salah satu proyek yang masih dalam pembicaraan dengan PLN adalah penguatan sistem kelistrikan Jawa-Madura-Bali.
"Penguatan itu untuk mengurangi listrik yang terbuang dalam transimisi," kata Kausar. Bank Pembangunan Asia bersedia untuk membiayai penguatan transmisi, penambahan trafo, dan upgrading (peremajaan) gardu induk. Ia enggan mengatakan berapa biaya yang dibutuhkan PLN. "Kami masih tahap pembicaraan," ujarnya.
SORTA TOBING