TEMPO Interaktif, Kabul -Pemerintah Pakistan dan Afganistan meminta Presiden Amerika Serikat, Barack Hussein Obama jangan berpikir terlalu rumit dalam menindaklanjuti langkah strategi konflik di Afganistan.
Pemerintah Afganistan khawatir, jika Obama terlalu bertele-tele menjelaskan pro kontra rencana penambahan 40 ribu personel pasukannya, Taliban akan mengambil kesempatan. Amerika akan dibiarkan berlarut dalam keputusannya, hingga akhirnya akan diminta meninggalkan Afganistan.
Jika terjadi seperti itu, peristiwa seperti Uni Soviet 20 tahun silam bisa saja terjadi di Afganistan. Jika di Uni Soviet berujung perang dingin, di Afganistan tanpa bantuan pasukan Amerika, kemungkinan al-Qaidah akan semakin meradang.
Sementara Pakistan berpendapat, terlalu banyak pertimbangan yang mengganggu rencana penambahan pasukan Amerika ke Afganistan itu. Padahal, pasukan yang ada saat ini terlalu sedikit untuk menghadapi militan Afganistan.
Jumlah yang sedikit itu membuat militer Pakistan mencuri kesempatan, memerangi para kelompok militan. Rakyat Pakistan umumnya mendukung penambahan pasukan Amerika tersebut. Mereka khawatir tanpa pasukan Amerika, Taliban akan merebut Kabul dan membuat kacau Afganistan.
Menurut pimpinan utama militer Pakistan, Mahmood Shah kekhawatiran itu muncul karena dia mengakui negaranya akan mudah diserang jika pasukan Amerika ditarik mundur dari Afganistan dan meninggalkan Pakistan.
"Jika Amerika meninggalkan peperangan begitu saja, tanpa kestabilan di Afganistan, akan buruk bagi Pakistan," kata Mahmood. "Obama harus mengumumkan tentang rencana strateginya, merubah kondisi dari peperangan menuju kestabilan, sehingga kami tak perlu lagi berupaya mengamankan negara dari gangguan Taliban."
Obama juga harus meyakinkan rakyat Amerika, bahwa perang di Afganistan tak seburuk di Vietnam. Hal itu, menurut salah seorang pimpinan parlemen Afganistan, Hamid Gailani, agar rencana penambahan pasukan dapat meredan kekhawatiran rakyat Amerika.
"Jangan sampai dia memaparkan, jalan keluar bagi kondisi Afganistan ialah dengan bertempur habis-habisan. Itu terlalu prematur jika dipaparkan sekarang," kata Hamid. Sebaliknya, lanjut Hamid, jika dia memaparkan tahap demi tahap soal strategi itu, akan lebih diterima rakyat Amerika.
Sementara menurut analis senior urusan kenegaraan Gedung Putih, Caroline Wadhams perlu ada upaya memaksa Obama untuk mengumumkan bahwa Amerika tidak akan selamanya mengirim pasukan ke Afganistan.
Menurut Wadhams, itu bisa membantu meredakan keras hati para militan, yang tak kenal kompromi terhadap pasukan asing yang bercokol di wilayahnya.
"Menurut saya, kekacauan disana menjadi propaganda yang terencana. Penambahan pasukan Amerika disana tentu tak akan mereka biarkan, bahkan mungkin upaya mereka makin keras untuk menduduki Afganistan dan membuat Karzai seperti badut," kata Wadhams.
Dengan dikirimnya 35 ribu personel pasukan Amerika ke Afganistan, maka jumlah keseluruhan pasukan yang berada di negara itu mencapai 71 ribu personel. Sebelumnya, jumlah pengiriman pasukan yang direncanakan Obama adalah 21 ribu personel.
AP/ANGIOLA HARRY