Tidak ada alasan untuk menurunkan suku bunga kurang dari itu karena situasi perekonomian Indonesia dianggap masih moncer. "Inflasi ternyata tidak setinggi yang diperkirakan," ujar ekonom Bank Rakyat Indonesia Djoko Retnadi kepada Tempo, Rabu (2/12).
Badan Pusat Statistik, Selasa lalu, melaporkan Indonesia mengalami penurunan harga atawa deflasi per November sebesar 0,03 persen. Sedangkan inflasi hingga akhir tahun diprediksi tidak bakal lebih dari 3,5 persen, dan ini menjadi catatan terbaik dalam 20 tahun terakhir.
Dengan demikian, penurunan BI Rate, menurut Djoko, malah bisa berdampak buruk. "Bisa menimbulkan gejolak kurs rupiah," katanya. Dia mengatakan nilai tukar rupiah sedang mumpuni di kisaran 9.400 hingga 9.500 per dolar Amerika Serikat.
Sedikit guncangan dapat membuat rupiah yang kini berada di titik ekuilibrium (nilai keseimbangan) terperosok. "Penyakit kronis ekonomi kita kalau kurs bergejolak, harga langsung naik dan memicu inflasi," ujar Djoko. Jika itu terjadi, pada akhirnya bank sentral kembali menetapkan suku bunga acuan yang lebih tinggi. "Malah terjadi backfire (dampak lebih buruk)," ucap Djoko.
Setali tiga uang, ekonom Bank Negara Indonesia Ryan Kiryanto memprediksi, bank sentral tidak akan mengubah angka BI Rate. Prediksinya didukung fakta rendahnya tingkat inflasi hingga akhir tahun dan terkendalinya faktor penyulut inflasi dengan stabilnya harga di pasar. "Hal ini memberikan ruang untuk BI mempertahankan suku bunga di level 6,5 persen," ujarnya.
Menurut dia, bank sentral sulit untuk menurunkan suku bunga acuan mengingat proyeksi inflasi tinggi tahun mendatang. "(Inflasi tinggi) sebagai respons atas pertumbuhan ekonomi 2009 yang berkisar 4,3 persen," ucap dia.
Sejak Agustus 2009, BI Rate berada di level terendah. Pengamat memperkirakan kenaikan baru terjadi tahun depan. Pasalnya, ekonomi dunia mulai membaik pasca krisis dan bank sentral negara kawasan akan menaikkan suku bunga mereka. "Kalau tidak dinaikkan terjadi capital outflow (arus modal keluar)," kata Djoko.
Soal belum turunnya suku bunga kredit mengikuti suku bunga acuan, Djoko mengatakan, bank tidak bisa serta-merta mengikuti perubahan BI Rate. Saat ini rata-rata suku bunga kredit masih 12 persen. "Karena perhitungannya sudah dibuat awal tahun untuk Januari sampai Desember," ujarnya. Akhir tahun lalu BI Rate masih di level 9,25 persen.
Menurut Djoko, penurunan bunga kredit bisa dilakukan dengan mekanisme kesepakatan, seperti yang dilakukan bank sentral dan 14 bank beberapa waktu lalu. "BI juga harus memberikan ancang-ancang perkiraan BI Rate, sehingga bank bisa memperkirakan perhitungan bunga mereka sejak awal tahun," kata Djoko.
Dengan begitu, kesepakatan penurunan bunga perbankan bisa lebih realistis diterapkan tahun depan. Meski demikian, dia mengatakan BI Rate bukan satu-satunya acuan bank dalam menetapkan suku bunga kredit. Terdapat sederet faktor penentu lain, mulai dari risiko kredit hingga mengejar target laba.
REZA MAULANA