"Dialog adalah taktik perusahaan untuk melemahkan," ujar Juru Kampanye Hutan Greenpeace Asia Tenggara Bustar Maitar dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (4/12)
Pihaknya sudah pernah berdialog dengan PT Riau Andalan Pulp and Peper sebanyak tiga kali. Pada pertemuan terakhir, Greenpeace meminta Sinar Mas menghentikan pembabatan di dua lokasi sampai dialog selanjutnya.
Maka kini musykil bagi Greenpeace untuk berdialog, selama pembabatan belum dihentikan. Penghentian pembabatan tersebut, ia menjelaskan, menunjukkan komitmen perusahaan.
Akhir November lalu, aktivis Greenpeace mendirikan kamp di Semenanjung Kampar, Riau. Aksi bertujuan memprotes pembukaan lahan gambut seluas 700 ribu hektare oleh PT. Riau Andalan Pulp and Paper. Gerakan Greenpeace mendapat sambutan penetapan tersangka 21 aktivis dan pengusiran dua jurnalis asing oleh Kepolisan Resor Pelalawan, Riau.
Sementara itu, PT Riau Andalan Pulp and Paper tetap akan mengundang Greenpeace bersama pihak-pihak lainnya untuk berdialog mencari solusi. Sustainability Director The Asia Pacific Resources International Holdings Ltd, Neil Franklin mengatakan dialog terbuka akan terus dilakukan untuk mencari solusi. "Dialog akan terus dilakukan supaya ada win-win solution," kata Franklin saat dihubungi.
Menurut Franklin, dialog penting dilakukan untuk mendapatkan berbagai masukan. Ia menyayangkan sikap Greenpeace yang tidak lagi bersedia mengikuti dialog. Meski demikian, hal itu tidak akan terlalu berpengaruh sebab lebih penting lagi berdialog dengan para pemangku kepentingan seperti masyarakat, pemerintah daerah, pemerintah pusat, juga LSM lokal, nasional dan internasional.
Neil mengatakan RAPP tidak pernah melakukan dialog secara khusus dengan Greenpeace. Selama ini dialog dilakukan secara terbuka bersama dengan pihak-pihak lain. Menurut Neil, Greenpeace ikut hadir dalam dialog tersebut dan ikut mengajukan pertanyaan.
RAPP tidak dapat menghentikan semua kegiatan sekaligus karena justru akan terjadi kerusakan. RAPP justru melakukan pengelolaan dan konservasi agar tidak terjadi perambahan dan kerusahan. Menurut Neil, dari hasil pertemuan dengan masyarakat justru mendapat dukungan karena masyarakat akan dapat mengelola sendiri sebanyak 6000 hektare lahan.
DIANING SARI| AQIDA SWAMURTI