TEMPO Interaktif, Gorontalo - Perhimpunan Pelestarian Burung Indonesia mengkampanyekan restorasi ekosistem di wilayah Gorontalo. Kampanye restorasi ekosistem itu dilakukan dengan menggelar lokakarya di sejumlah tempat, seperti di kampus Universitas Negeri Gorontalo dan dilingkungan pemerintah Kabupaten Pohuwato, Jumat (11/12).
“Restorasi ekosistem merupakan solusi inovatif pengelolaan hutan alam produksi lestari dan pembangunan wilayah yang terintegrasi,” kata Kepala Program Konservasi dari Perhimpunan Pelestarian Burung Indonesia, Dian Agista.
Gorontalo yang kini telah kehilangan 45,17 persen hutannya atau mengalami laju kerusakan hutan mencapai 1.689,2 hektar per tahun, yang dianggap sebagai salah satu kawasan yang paling tepat untuk menerapkan model pemanfaatan kawasan hutan produksi dalam bentuk restorasi ekosistem.
“Dengan kondisi hutan yang rusak, maka keanekaragaman hayati menjadi terancam. Sehingga diperlukan model pemanfaatan kawasan hutan dalam bentuk restorasi ekosistem,” tandas Fahrul Amama, salah seorang tim dari Perhimpunan Pelestarian Burung Indonesia.
Demi mengurangi laju deforestasi, diperlukan optimalisasi pemanfaatan kawasan hutan produksi dengan berbagai pola pengelolaan dan pengusahaan hutan yang berkelanjutan. Mengingat lebih dari setengah kawasan hutan di Gorontalo merupakan hutan produksi, maka pengereman laju deforestasi dirasa penting untuk lebih dikonsentrasikan pada kawasan hutan produksi.
Restorasi ekosistem ini, kata Fahrul, memungkinkan dilakukannya upaya pemulihan hutan dalam kawasan hutan produksi terlebih dahulu sampai diperoleh keseimbangan hayati. Apalagi pola-pola pemanfaatan hutan produksi telah diatur dalam Peraturan Pemerintah nomor 6 tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah nomor 3 tahun 2008.
Dalam lokakarya yang selenggarakan oleh Burung Indonesia di Universitas Negeri Gorontalo dengan tema inovasi pengelolaan hutan produksi yang lestari dan berkelanjutan di Provinsi Gorontalo melalui restorasi ekosistem, mendapat antusias dari sejumlah peneliti dan aktivis lingkungan di wilayah itu.
Peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Tukirin Partomihardjo, mengatakan, dari hasil kajian keanekaragaman hayati di kawasan hutan blok sungai Malango-Taluditi di Kecamatan Marisa, Kabupaten Pohuwato, secara umum kondisi hutan tersebut telah mengalami banyak gangguan dan kerusakan. “Diperlukan langkah penyelamatan lingkungan untuk pemulihan ekosistem hutan,” kata Tukirin.
Dari hasil survei yang dilakukannya bersama Perhimpunan Burung Indonesia kata, Tukirin, sedikitnya ada 87 jenis burung dari 34 famili tercatat dari survei burung yang dilakukan di kawasan hutan tersebut. Sebagian besar jenis burung itu merupakan hasil observasi, sedangkan penjaringan tercatat hanya tujuh dari 15 individu. “ Namun untuk memastikan berapa jenis spesies burung yang punah di Gorontalo belum kami lakukan karena masih membutuhkan waktu,” jelas Tukirin kepada Tempo.
CHRISTOPEL PAINO