Tahun lalu REI menargetkan pembangunan 158.138 unit RSH tetapi sampai Oktober lalu baru terealisasi 117.774 unit. Sementara pada 2008 REI membangun 134.265 unit. "Tampaknya target tahun ini tidak bisa terpenuhi, namun total rumah yang dibangun bisa 135 ribu unit," kata dia.
Beberapa kendala menjadi penyebab tidak terpenuhinya target tahun ini, misalnya persoalan listrik. Banyak perumahan yang telah dibangun namun tidak dilengkapi jaringan listrik. Lalu ada pula persoalan perubahan target pasar. Dulu pengembang perumahan RSH menyasar kalangan pegawai negeri sipil tetapi setelah 2009 PNS tidak lagi berminat membeli RSH karena kebijakan memberikan bantuan uang muka Rp 10 juta dihentikan.
"Mereka kesulitan membayar uang muka sehingga target market PNS relatif tidak ada tahun ini," ujarnya. Meski begitu REI tetap optimistis bisnis properti akan terus tumbuh antara 12 persen sampai 15 persen pada tahun mendatang.
Sementara itu pembangunan rumah susun sederhana milik (rusunami) oleh REI sampai saat ini sudah mencapai lebih dari 90 menara. Namun kebanyakan pengembang berencana beralih membangun apartemen sederhana milik (anami) dengan rentang harga Rp 150 juta sampai Rp 300 juta.
Hal ini dipicu oleh banyaknya hambatan yang ditemui ketika membangun rusunami seperti soal perisinan, pembebasan pajak pertambahan nilai (PPN) sampai pengucuran subsidi yang dianggap berbelit. "Prediksi ke depan banyak yang beralih (ke anami) karena pengembang mencari pasar non-subsidi," kata Teguh. Ia memperkirakan pada 2010 apartemen tipe ini akan membanjiri pasar.
KARTIKA CANDRA