Zonasi adalah pemberian batas harga yang berbeda untuk tiap wilayah sesuai dengan tingkat harga di daerah tersebut. "Zonasi itu misalnya kalau harga semen di Jakarta dan di Jayapura kan tidak sama. Harga semen di Halmahera dan di Semarang tidak sama," kata Ketua Umum REI Teguh Satria di sela acara diskusi "Indonesia Economy Outlook 2010" kemarin.
Perbedaan harga material terjadi karena biaya transportasi yang berbeda di daerah-daerah. Hal ini berdampak pada perbedaan biaya dalam membangun satu unit rumah.
Menurut Teguh, tidak perlu terlalu banyak zona, tetapi cukup tiga atau empat dan maksimal lima zona. Lantas ditetapkan berapa harga rumah di masing-masing zona. Model zonasi seperti ini mirip model yang dikembangkan PT Cipta Karya dengan menetapkan indeks harga untuk setiap kabupaten kota, sehingga harga di tiap wilayah tersebut sudah ditetapkan sebagai patokan.
Menurut Teguh, Menteri Perumahan Rakyat Suharso Monoarfa telah menyetujui usulan zonasi harga rumah sederhana tersebut. "Menteri tampaknya setuju karena beliau juga mengerti kalau harga memang berbeda," katanya.
Sebelumnya, REI meminta kepada menteri agar harga rusunami dinaikkan dari Rp 144 juta per unit menjadi Rp 180 juta per unit. Sedangkan rumah susun sederhana dinaikkan menjadi Rp 70 juta per unit. Namun, Suharso menjanjikan akan mengubah pola pemberian subsidi, sehingga harga rusunami maupun rumah sehat sederhana tidak perlu dinaikkan.
Perihal subsidi, Suharso mengatakan pemerintah tidak mungkin terus bergantung pada subsidi guna membangun perumahan murah untuk rakyat. "Enggak mungkin kita subsidi terus. Kalau terus subsidi justru ini akan jadi persoalan baru," katanya dalam acara diskusi "Indonesia Economy Outlook 2010" di Jakarta kemarin.
Supaya tidak terus bergantung pada subsidi, ia mengatakan, cost of fund atau biaya pendanaan harus bisa ditekan, seperti pembayaran bunga untuk kredit konstruksi, retribusi, dan perizinan. "Masalahnya di cost of fund," kata Suharso.
Tingginya cost of fund didorong oleh suku bunga yang masih tinggi ketimbang Vietnam. "Kalau mau compete kita harus turunkan suku bunga," katanya. Sebab, semua pengeluaran ini menghasilkan ekonomi biaya tinggi yang mengakibatkan harga perumahan tak bisa murah.
Ketua Umum Perhimpunan Bank-bank Swasta Nasional (Perbanas) Sigit Pramono sependapat dengan Suharso. Menurut da, memberikan subsidi bukanlah solusi permanen untuk masalah jangka panjang. "Memang kita semua berharap ada subsidi, tetapi kita juga perlu menekan mekanisme cost of fund," ujarnya tanpa memastikan kesediaan bank menurunkan suka bunga kredit.
KARTIKA CANDRA