TEMPO Interaktif, Di atas kain panjang dengan warna-warna lembut ungu, biru tua, dan hitam, motif batik itu sangat teratur serta rigid. Coraknya mayoritas bunga, daun dan ranting, hingga sulur-sulur imajinatif dengan beragam warna cerah.
Namun ada pula komposisi warna kontras. Di atas kain oranye menyala, motif bunga kecil-kecil merah, hijau, atau putih berkelindan. Juga sebaliknya, di kain hitam, susunan motif sulur berwarna biru menyala berbalut warna silver tebal amat menarik mata.
Di perhelatan Helarfest 2009 Bandung, lembar-lembar kain itu ditampilkan di pameran desain Batik Fractal oleh Pixel People Project dalam produk fashion dan interior. Pada 10-13 Desember lalu, pameran bertajuk Batik Fractal Openlab ini digelar di Jabar Craft Centre, Bandung. Selain pameran produk, Pixel mengenalkan rancangan jBatik Mobile.
Batik fractal adalah batik yang motifnya dirancang dengan memakai rumus matematika fractal. Hasil desain itu diaplikasikan ke atas kain dengan teknik batik tradisional, seperti memakai canting dan cap menggunakan lilin malam atau celup warna.
Komputasi rancangan corak batik memang tambah menarik. Sebelumnya, akhir Mei lalu, Pixel People Project, yang digawangi tiga anak muda Bandung, melansir perangkat lunak jBatik versi 2.0 di Blitz Megaplex, Bandung.
Menurut Head of Business Pixel People Project Nancy Margried, perangkat lunak itu menghasilkan berbagai corak batik dengan generatif atau perulangan. Desainer tinggal memasukkan rumus-rumus fractal, lalu biarkanlah komputer bekerja.
Nancy juga menyebutkan, jBatik adalah penyempurnaan versi sebelumnya, yang dibuat pada 2008. Hasil karya bersama dua rekannya, alumni Institut Teknologi Bandung, Yun Haryadi dan Muhammad Lukman, itu sempat diganjar penghargaan ICT Award di Indonesia dan tingkat Asia-Pasifik, serta meraih UNESCO Award of Excellence tahun lalu.
Dalam proyek yang didanai bantuan pemerintah Amerika Serikat ini, mereka juga melibatkan pembuat program Dimas Danurwenda dan Andik Taufiq dari Informatika ITB. Ada juga Kiranasasi Wiryawan serta Achmad Haldani dari Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB.
Sejauh ini Pixel People Project telah menerapkan desain batik fractal ke atas kain bersama Rumah Batik Komar, Studio Batik Hasan, Bandung, dan sebuah rumah produksi batik di Pekalongan. Pada kulit, motif pada alas kaki dibuat bareng Tori Shoes dan telah dipasarkan ke Swiss. Perancang kondang Era Soekamto juga pernah memakainya.
Perangkat lunak jBatik terus dikembangkan. Pixel kini sedang merintis aplikasi berbasis Java itu agar bisa dipasang secara mobile. Inovasi anyar ini memungkinkan siapa saja merancang pola batik di layar ponsel.
Perangkat jBatik Mobile mengadopsi jBatik versi 2.0. Beberapa fiturnya sengaja dihilangkan agar tak memberatkan ponsel saat pengunduhan dan pengoperasian aplikasi sebesar 800 kilobit itu.
Fasilitas yang dibuang misalnya pola 3 dimensi batik dan pembuatan pola batik dari awal, seperti pada jBatik v.2.0 di komputer. "Untuk yang mobile, hanya untuk layout," kata Head of Design Pixel Muhamad Lukman, yang akrab dipanggil Luki, di sela-sela pameran akhir pekan lalu.
Begitu layar ponsel siap, pengguna terlebih dulu diminta mengisi beberapa kolom untuk menentukan pola batik, kemiringannya, jarak tiap gambar, serta perulangannya. Setelah menekan kolom generate, layar beralih ke halaman layout yang terkotak-kotak dan telah berisi sejumlah pola batik. Selanjutnya, pengguna tinggal mengisi kotak-kotak dan bebas memasukkan pola batik lain.
Di kolom pattern tersedia 30 macam pola. Di urutan atas terdapat nama Hilbert, Dragon, serta Moore, yang dibuat dari persamaan rumus matematika. Pola lainnya menjumput dari batik tradisional, seperti pita pada batik Garut atau kawung. Pola bleduk, karya pembatik Pekalongan yang menjajal pembuatan batik fractal beberapa waktu lalu, pun ada.
Menurut Luki, pengoperasian jBatik Mobile termasuk mudah. "Teknologi yang sepertinya rumit ternyata mudah dipakai," ujarnya. Alumnus ITB itu menambahkan, software komposisi karya seni di ponsel termasuk jarang. Maka mereka berani mengklaim inovasi jBatik Mobile sebagai satu-satunya aplikasi pembuat batik di dunia. "Kebanyakan Java dikembangkan untuk game. Sangat jarang buat merancang gambar."
Setiap ponsel berbasis Java MIDP 2.0 dan ditunjang sistem Simbian bisa mengunduh jBatik Mobile. Nancy Margried mengatakan ponsel murah seharga Rp 400-600 ribu pun bisa. "Sasaran utama kami memang para pembatik yang dengan ponsel sederhana pun bisa merancang pola," ujarnya.
Mereka mengaku ingin menyebarkan aplikasi yang menjadi bisnis utamanya itu seluas-luasnya dengan harga murah. Hal itu didorong hasil pelatihan mereka ke sejumlah pembatik di Pacitan dan Pekalongan beberapa bulan lalu. "Dalam waktu empat hari, pembatik yang belum pernah memegang komputer pun bisa membuat batik fractal," katanya bungah.
Tahun depan aplikasi itu akan diluncurkan dan dijual sekitar Rp 20 ribu. Saat ini Luki, Head of Research Yun Haryadi, Master Programmer Andik Taufik dan Dimas Danurwenda, serta Pattern and Product Designer Kiranasasi Wiryawan masih berkutat menyempurnakan kekurangan program itu.
Kelemahan jBatik Mobile adalah belum bisa menyimpan gambar hasil layout di ponsel. Tim itu masih harus mengulik program supaya gambar bisa disimpan dalam format jpg, sehingga bisa dicetak. Nancy berjanji tak akan menjual jBatik Mobile sebelum problem itu terpecahkan.
ANWAR SISWADI (Bandung)