TEMPO Interaktif, Madiun - Ribuan hektar lahan persawahan di Kabupaten Madiun diperkirakan mengalami kekeringan. Bibit padi yang mulai ditanam sejak sebulan lalu banyak yang mati lantaran kekurangan air.
“Angka (luas kekeringan) pastinya, masih dihitung,” kata Kepala Dinas Pertanian Budi Dwi Tjahyono, Jumat (18/12).
Kekeringan terbanyak, lanjut dia, banyak dialami di kawasan Madiun sebelah utara. Daerahnya yang gersang membuat petani kesulitan mendapatkan air. Untuk mendapatkan pasokan air, petani mengandalkan sumur pompa untuk menyedot air dalam tanah.
Dia mengatakan akibat kekeringan ini, saluran irigasi sekunder yang menuju ke persawahan petani banyak mengering. Bibit padi yang mulai ditanam sejak sebulan lalu kini telah mati kekurangan air.
Dari catatan, Kabupaten Madiun memiliki luas panen sekitar 57 ribu hektar. Dengan masing-masing hektar menghasilkan 55 kwintal padi per hektar, produksi padi secara keseluruhan mencapai 320 ton.
Untuk mengatasi kekeringan saat ini, Budi menyarankan petani agar menanam padi sesuai dengan musim. “Banyak petani tertipu,” kata dia, “Dikira sudah tiba musim hujan, tapi belum.”
Sementara itu, warga Desa Wayut Kecamatan Jiwan menggelar salat Istisqa, Jumat siang, lantaran lahan persawahan mereka kekurangan air. Salat memohon turun hujan ini mereka lakukan di tengah area persawahan yang mulai mengering.
Kepala Desa Wayut Subroto mengatakan sebanyak 232 hektar sawah di desa itu mengalami kekeringan. Bibit padi yang ditanam sejak sebulan lalu kini mati lantaran kekurangan air. “Baru dua kali hujan turun,” kata dia, usai Salat.
Di Desa ini, kata dia, petani hanya mengandalkan saluran irigasi untuk mengairi persawahan. Namun, sejak beberapa bulan lalu, saluran itu mengering tak terairi. Beberapa sumber air yang ada di Desa pun mulai mengering.
Dia mengatakan pemerintah telah berupaya mengatasi masalah air bagi petani. Caranya, dengan membuat satu unit sumur pompa di tengah area persawahan. “Cuma satu, airnya tak cukup untuk semua sawah,” kata dia.
Akibat kekeringan ini, warga terpaksa menunda penanaman padi. Sebagai gantinya mereka memilih menanam tanaman yang tak banyak membutuhkan air, semisal tebu dan ketela. “Sebagian lain memilih beternak,” kata Puguh, seorang petani di desa itu.
Kakek berusia 55 tahun itu mengeluhkan musim penghujan tak segera datang. Seluas lima hektar lebih sawah miliknya kini kering tak bisa ditanami padi.
ANANG ZAKARIA