TEMPO Interaktif, Los Angeles - Flu babi ternyata tidak hanya berbahaya bagi wanita hamil, tapi juga mengancam ibu yang baru melahirkan. Dalam penelitian menunjukkan risiko tinggi terhadap wanita hamil dan ibu baru melahirkan yang dirawat di rumah sakit dengan flu babi.
Khususnya ibu yang melahirkan kurang dalam dua pekan berada di risiko tinggi komplikasi flu yang parah. Flu babi menjadi ancaman bagi ibu hamil setelah terdokumentasi dengan baik, dan pejabat kesehatan masyarakat mendesak agar mereka untuk mendapatkan vaksinasi.
Penelitian sebelumnya menunjukkan ibu hamil yang terinfeksi virus lebih cenderung dirawat di rumah sakit dan menghadapi risiko kematian lebih besar daripada pasien umum lainnya. Laporan yang baru dirilis Rabu oleh New England Journal of Medicine, adalah yang pertama untuk melihat risiko untuk wanita yang baru melahirkan dan menyoroti terus-menerus risiko tinggi setelah kehamilan.
Hasil dari penelitian membuat Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit baru-baru ini merevisi pedoman, merekomendasikan obat flu yang diberikan kepada perempuan yang menunjukkan tanda-tanda flu segera setelah mereka melahirkan.
Studi ini dilakukan oleh Departemen Kesehatan Masyarakat California dan CDC. California adalah negara yang paling padat penduduknya, yang telah melakukan pengawasan penyakit H1N1 sejak 2009. Penelitian ini melibatkan 94 wanita hamil dan delapan ibu-ibu baru yang sedang dirawat di rumah sakit selama empat bulan pertama dari pandemi sebelum vaksin tersedia, pada bulan Oktober.
Kebanyakan dari para wanita hamil ini dalam trimester kedua atau ketiga, ketika risiko komplikasi flu diyakini tertinggi. Banyak yang sebaliknya sehat dan pergi ke rumah sakit dengan gejala-gejala ringan seperti demam atau batuk, tapi kesehatan mereka cepat menurun.
Para peneliti memperkirakan bahwa flu babi membunuh lebih dari empat wanita hamil per 100.000 kelahiran hidup di California. Pandemi telah terbukti sangat mematikan bagi wanita hamil. Padahal kematian dari melahirkan cukup langka di Amerika Serikat. Salah satu penyebab paling umum adalah pendarahan berlebihan.
"Ini tidak lazim dalam bahwa penyakit menular dapat meningkatkan angka kematian secara keseluruhan," kata Dr Denise Jamieson dari CDC, yang menjadi bagian dari penelitian ini.
AP| NUR HARYANTO