Menurut Ketua Forum for Economic Development and Employment Promotion Sukoharjo, Danto Pramonosidi saat ini populasi sapi di Sukoharjo tidak sebanding dengan luas sawah yang berada di kabupaten tersebut. "Jumlah sapi masih berpotensi ditingkatkan hingga dua kali lipat," kata dia.
Di Sukoharjo, paparnya, saat ini luas lahan sawah mencapai 21 ribu hektar. Sedangkan populasi sapi yang terdapat di kabupaten tersebut baru berjumlah 25 ribu ekor. Kebanyakan, sapi-sapi tersebut dipelihara secara tradisional oleh para petani.
Menurut Danto, jumlah kotoran sapi yang diproduksi tidak mencukupi untuk pembuatan lahan sawah organik. Idealnya kabupaten tersebut memerlukan 55 ribu ekor sapi untuk selanjutnya diolah menjadi pupuk organik.
Sedangkan untuk model pemeliharaannya, bisa tetap menggunakan cara-cara tradisional maupun menerapkan cara peternakan modern. "Jika bisa terealisasi, biaya produksi baik bagi petani maupun peternak dapat ditekan," kata dia.
Forum for Economic Development and Employment Promotion Sukoharjo saat ini tengah menganalisa peluang untuk pengembangan peternakan dan pertanian secara integratif. Hasil limbah dari peternakan sapi dapat digunakan untuk pembuatan pupuk organik. Sedangkan limbah pertanian organik juga sangat bagus untuk digunakan sebagai pakan ternak.
Selain dari limbah pertanian, pakan ternak juga bias didapatkan dari limbah industri tahu. Menurut Danto, di Sukoharjo terdapat beberapa kecamatan yang memiliki sentra industri tahu. "Mereka telah membentuk klaster. Sistem ini bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat di pedesaan," kata dia.
Dirinya berharap, analisa yang dilakukan bisa segera dirampungkan pada awal tahun ini. Selanjutnya, hasil analisa tersebut dapat disosialisasikan kepada pihak yang berkepentingan, termasuk Pemerintah Kabupaten Sukoharjo.
AHMAD RAFIQ