Sri Mulyani menuturkan inflasi tahunan (year-on-year) di bawah 4 persen, meski ada tekanan dari permintaan tapi nilai tukar cukup stabil. "Saya rasa inflasi tetap sesuai dengan ekspektasi," kata dia saat ditemui di Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara Departemen Keuangan, Jakarta, Selasa (29/12).
Faktor penyumbang inflasi terbesar tahun ini, dia melanjutkan, berasal dari komoditas makanan, disusul jasa karena libur panjang dan perdagangan. Namun karena suplai memadai, pemerintah tidak melihat adanya pengaruh pada kenaikan harga dan mendorong naiknya inflasi.
Sementara tahun depan dia mewaspadai kenaikan harga komoditas awal tahun sebagai koreksi dari penurunan harga pada kondisi krisis ekonomi akhir tahun lalu dan awal tahun ini. "Mungkin setelah itu harga langsung turun (leveling off)," ucapnya.
Tahun depan, ia melihat kemungkinan terjadinya inflasi yang berasal dari gejolak nilai tukar akibat kondisi politik yang tak kondusif. Bila kondisi politik stabil, nilai tukar diprediksi tetap stabil seperti saat ini. "Sudah masuk posisi ekuilibrium (keseimbangan)," ujar Sri Mulyani.
Sedangkan tekanan inflasi di awal tahun akibat permintaan, besarannya tak akan signifikan. Dia melanjutkan, jika faktor-faktor penyumbang inflasi bisa dikelola dengan baik pada triwulan pertama tahun depan. Pada triwulan itu sektor perdagangan akan memperlihatkan pemulihan.
Untuk triwulan terakhir tahun ini, Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi berada di kisaran 4,5 persen. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun sekitar 4,3 hingga 4,4 persen. Hingga kini dia belum melihat faktor yang merevisi target itu meski terjadi kenaikan indikator aktivitas sektoral di telekomunikasi, konstruksi, listrik, dan air.
RIEKA RAHADIANA