TEMPO Interaktif, Ada yang berbeda di deretan butik-butik di Galeria Grand Hyatt Plaza Indonesia, Jakarta, di pengujung tahun ini. Berjajar dengan butik-butik berkelas internasional, Iwan Tirta, sang maestro batik Indonesia, membuka gerai batik IWAN TIRTA Private Collection.
Ini adalah gerai keempat bagi Iwan, yang sebelumnya telah membuka galeri batik berkonsep yang sama di Jalan Wijaya di Kebayoran, Jalan Panarukan di Menteng, dan pusat belanja Pacific Place di kawasan Jalan Jenderal Sudirman.
Tapi sebenarnya bukan hal yang mengejutkan jika pada akhirnya ada gerai batik yang sanggup tampil sejajar dengan gerai bertaraf internasional lain. Bagaimanapun, UNESCO telah meresmikan batik sebagai satu warisan budaya dunia yang khas berasal dari Indonesia.
Iwan Tirta dengan konsistensinya di dunia batik boleh bangga. Pria yang pada tahun ini juga meluncurkan buku tentang batik ini adalah satu di antara orang yang tak pernah lelah mengkampanyekan keindahan seni batik.
Tapi yang paling berbeda dari galeri Iwan Tirta ini adalah pilihan koleksi batik yang ditampilkan. "Bahkan untuk selembar kain batik bisa mencapai waktu pengerjaan hingga enam bulan, butuh kesabaran, ketekunan, dan ketelitian yang luar biasa. Maka, yang kami tampilkan di sini diproduksi jumlah sangat terbatas," kata Iwan Tirta.
Dalam website resminya, Iwan mengatakan, ia memang banyak menampilkan pola-pola kerajaan orisinal untuk Private Collection-nya, meski di beberapa bagian ada yang tetap dipertahankan keasliannya dan ada yang didefinisi ulang.
"Kami percaya bahwa nilai sebuah karya seni tak hanya bergantung pada kualitas material dan keahlian senimannya, tapi juga pada individu yang mengubah desain menjadi kenyataan," demikian pernyataan Iwan di website-nya. Hal ini tampak dari sejumlah gaun anggun berbahan batik sutra rancangan Iwan yang ditampilkan saat pembukaan gerai ini.
Lihatlah, tak hanya selektif akan batik yang ditampilkannya. Iwan juga ingin menampilkan keagungan dan keindahan batik lewat desain interior galeri. Ruang seluas 75 meter persegi itu didesain dengan konsep modern, simpel dengan sentuhan gaya kaum ningrat Jawa tulen.
Dengan format ruang yang simpel, batik-batik dibiarkan bicara mewakili diri masing-masing tentang keindahan dan keindonesiaan. Ditambah suasana yang cozy dan homey dengan sofa-sofa panjang, alunan gamelan, dan seikat sedap malam yang mengharumkan ruangan. Di beberapa bagian dinding terpajang terpajang foto Iwan bersama tokoh dunia yang pernah mengenakan koleksinya seperti Hillary Clinton dan aktor James Bond, Roger Moore.
Khusus untuk busana, ada tiga jenis pilihan kain. Dari katun, sutra, dan sutra ATBM. Menurut Iwan, masing-masing punya kelebihan dan keunikan, karakteristik dan kesulitan pembatikan tersendiri. Maka tak mengherankan jika harga yang ditawarkan ada pada kisaran Rp 2 juta hingga belasan juta rupiah untuk pakaian atau untuk sehelai kain pajangan dinding bisa mencapai Rp 35 juta.
Di gerai ini, Iwan juga ingin membuktikan bahwa batik tak hanya untuk dinikmati sebagai busana, dari formal, busana kantor, hingga busana santai, tapi juga bisa sebagai hadiah yang eksklusif.
Pelanggan bisa bebas mengaplikasikannya sesuai dengan selera dan kebutuhan masing-masing. Kemeja, gaun, sarung selendang, dan dekorasi rumah. Mulai kain-kain panjang yang dibiarkan menggantung, perangkat perak berhias ragam batik karya Iwan, hingga ragam batik di atas peralatan rumah tangga berbahan keramik hasil kerja sama Iwan Tirta dengan Kedaung Group sejak beberapa tahun lalu.
UTAMI WIDOWATI