TEMPO Interaktif, Gorontalo – Mahasiswa dari berbagai universitas yang ada di Gorontalo menggelar razia polisi di depan pintu gerbang kampus Universitas Negeri Gorontalo, Senin (4/1). Razia itu dilakukan pascabentrok antara mahasiswa yang menolak kedatangan Wakil Presiden, Boediono dengan anggota kepolisian setempat Selasa (29/12) lalu.
Mahasiswa yang berjumlah sekitar seratusan orang itu menghentikan setiap kendaraan yang melintas di jalan Panjaitan, depan kampus Universitas Negeri Gorontalo. Satu per satu pengemudi mobil dicegat dan ditanyai identitas oleh mahasiswa. “Kami melarang polisi berada di areal kampus, apalagi masuk ke dalam,” kata Kadir Lawero, koordinator aksi mahasiswa.
Razia polisi itu menurut Kadir, dilakukan menyusul adanya informasi bahwa Kepala Kepolisian Daerah Gorontalo, Brigadir Jendral Sunarjono, akan melakukan kunjungan ke kampus dan memantau langsung kerusakan-kerusakan fasilitas di kampus itu. “Kapolda tidak boleh masuk ke dalam kampus, dia harus diusir dari tanah Gorontalo,” tandas Ghalib Lahidjun, salah seorang orator mahasiswa.
Dari hasil razia itu, mahasiswa menemukan sejumlah polisi yang berpakaian preman dan langsung mengusirnya. Hingga kini mahasiswa terus melakukan razia anggota polisi didepan kampus terbesar di wilayah itu.
Seperti diketahui, bentrok antara mahasiswa dan polisi terjadi pada hari Selasa (29/12) lalu. Sejumlah fasilitas kampus dirusak oleh polisi ketika aksi serangan balasan sekitar pukul 18.00 waktu setempat. Tidak hanya kaca gedung perkuliahan, polisi juga merusak puluhan motor yang terparkir di areal kampus itu, serta memukul setiap mahasiswa yang mereka temukan.
Bentrok itu sendiri, dipicu oleh pembubaran polisi terhadap aksi demo mahasiswa terkait kedatangan Wakil Presiden Boediono di Gorontalo, mahasiswa membalas pembubaran paksa itu dengan lemparan batu ke arah polisi. Tawuran yang berlangsung sejak pukul 12.30 hingga pukul 18.00 itu, menimbulkan puluhan korban terluka pada kedua kubu.
CHRISTOPEL PAINO