TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Bangsal Trajumas di Komplek Keraton Yogyakarta diresmikan kembali oleh Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono dan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik disaksikan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X. Karena rusak dan tidak bisa digunakan kembali, 70 persen rekonstruksi bangsal cagar budaya nasional ini diganti dengan bahan baru.
"Di antaranya dari enam sokoguru, dua di antaranya harus diganti,” kata pengawas arkeologi pembangunan Bangsal Trajumas, Wahyu Indrasana kepada wartawan di sela-sela peresmian di Keraton, Senin, (4/12). Itupun, dari empat sokoguru yang dalam kondisi utuh hanya ada satu. Tiga lainnya terpaksa harus diperbaiki.
Untuk dua soko guru ini, kayu jati yang didatangkan dengan cara menebang pohon milik Perhutani. Kayu tersebut diambil dari Blora, Jawa Tengah. “Meskinya pembangunannya selesai November karena harus menunggu pemotongan kayu jadi mundur bulan desember,” kata Wahyu. Menurut wahyu, secara arsitektur dan konstruksi, tidak ada perubahan. “Bentuk, ukuran sama persis dengan yang lama,” katanya. Hanya ada beberapa bagian yang diubah yakni, pemasangan usuk juga berubah dari susunan duri gereh atau ri gereh menjadi penyiung atau sejajar.
Bangsal Trajumas roboh diterpa Gempa Bumi 27 Mei 2006 lalu. Dulu bangsal ini dibangun oleh Pangeran Mangkubumi (Sri Sultan Hamengku Buwono I) sekitar tahun 1755, bersamaan dengan pembangunan komplek Kraton Yogyakarta.
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DIY, Djoko Dwiyanto, proses rehabilitasi bangsal ini berlangsung dari 1 Juli-15 Desember 2009, dengan dana Rp 2,5 miliar, hibah dari Menko Kesra kepada Kraton. Pembangunan bangsal ini melibatkanpakar-pakar dari arsitek, arkeolog dari UGM, BP3 DI Yogyakarta dan DPP Warisan Budaya.
Selain bangsal Trajumas, Menko Kesra dan Menteri kebudayaan dan Pariwisata juga meresmikan Candi Brahma dan Candi Wishnu, bagian dari Candi Prambanan (dengan total biaya Rp 3,5 miliar). Juga diresmikan purna pugar Candi Apit No 4 Sewu (dengan biaya Rp 501 juta), Candi Plaosan Lor (utara) dengan biaya Rp 1,2 miliar, serta Candi Lumbung dengan biaya Rp 264 juta.
BERNADA RURIT