TEMPO Interaktif, Tuban - Masyarakat yang menempati rumah di sekitar Bantaran Bengawan Solo di Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, mendesak pemerintah membangun tiang pancang penguat tanggul.
Desakan tersebut menyusul longsornya tanggul sepanjang sekitar 220 meter dan melintas sejumlah desa di kecamatan yang berbatasan dengan Tuban-Lamongan tersebut. Kepala Desa Kedungrejo, Simanjaya mengatakan, permintaan pembangunan tiang pancang penguat tanggul sangat mendesak.
Tiang pancang juga membuat warga tidak resah, mengingat ancaman banjir dari luapan Bengawan Solo terus terjadi tiap tahunnya. “Permintaan warga realistis,” tegasnya pada Tempo, Kamis (7/1) siang.
Simanjaya mencontohkan, tanggul longsor tak jauh dari Desa Kedungrejo, baru saja selesai dibangun dua bulan lalu. Anehnya, meski kondisi tanggul baru, tetapi kekuatan fisiknya dipertanyakan.
Dia meminta, dari pada pembangunan tanggul hanya berupa beronjong (kawat penguat batu), lebih baik dibuat permanen. Caranya, dibangun tiang pancang di sela-sela tanggul utama tinggi sekitar tujuh meter. “Biar dananya tidak mubazir untuk proyek tambal sulam,” imbuhnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, tanggul di bantaran Bengawan Solo panjang sekitar 220 meter di Desa Kedungrejo, Kecamatan Widang, Tuban, longsor, menyusul hujan yang turun siang hingga malam hari, Selasa (5/1).
Pihak Kantor Kecamatan Widang menetapkan status waspada atas longsornya tanggul di sepanjang bantaran Bengawan Solo tersebut. Alasannya, intensitas hujan masih akan turun pada Januari hingga April mendatang. Jika longsor tanggul berlanjut, mengancam ribuan rumah penduduk yang berada di 16 desa di Kecamatan Widang.
Meski tanggul longsor, tetapi debit air di Bengawan Solo, relatif belum membahayakan, yaitu pada kisaran 2,5 meter hingga tiga meter dari bibir tanggul yang bertinggi tujuh meter.
Longsornya tanggul disebabkan curah hujan tinggi. Sebagian bangunan tanggul permanen, masih kuat menahan arus air. Tetapi, tanggul penahan, terutama di bagian belokan, terkikis akibat gelontoran air hujan yang turun lebih dari lima jam.
Pemerintah Tuban sebelumnya merencanakan tanggul permanen. Tetapi, dana untuk proyek itu, diusulkan dari Anggaran Pendapatan Belanja Nasional. ”Tengah dalam pembahasan,” tegas juru bicara Pemerintah Tuban Gatot S kepada Tempo, Kamis siang.
Alternatif lain, dana pembangunan tanggul juga bisa berasal dari proyek pelurusan dan pembenahan tanggul dari Cepu, Blora, Jawa Tengah, hingga Babat, Lamongan, Jawa Timur, panjang sekitar 70 kilometer di Bengawan Solo. Anggaran dari hibah Pemerintah Jepang itu, memang tengah dikerjakan di beberapa titik sungai terpanjang di Pulau Jawa tersebut.
SUJATMIKO