TEMPO Interaktif, Surakarta - Stok beras yang berhasil diserap Badan Urusan Logistik (Bulog) Surakarta diperkirakan masih mencukupi kebutuhan hingga sembilan bulan mendatang. Namun, Bulog setempat tetap siap untuk membeli beras dari petani dengan harga baru yang naik rata-rata 10 persen dibanding harga tahun lalu.
“Kenaikan harga pembelian ini berlaku secara nasional,” kata Kepala Bulog Sub Divisi Regional III Surakarta, Nono Sukrono, Jumat (8/1). Kenaikan harga pembelian pemerintah tersebut berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 2009, mengenai harga pembelian pemerintah, dan berlaku mulai awal tahun ini.
Dengan harga baru tersebut, saat ini mereka membeli beras dari petani dengan harga Rp 5.060 per kilogram. Sebelumnya mereka hanya membeli dengan harga Rp 4.600. Sedangkan untuk gabah kering panen, harga yang tahun lalu hanya Rp 2.400 per kilogram saat ini dinaikkan menjadi 2.640 per kilogram.
Untuk melakukan penyerapan kepada petani, pihaknya saat ini telah menjalin kerja sama dengan 150 mitra kerja. Mitra kerja tersebut yang akan mengumpulkan hasil produksi beras dari petani dengan harga yang telah ditetapkan. “Tentunya jika beras atau gabah dari petani sesuai standar kualitas yang ditentukan,” kata dia.
Nono mengatakan, sebenarnya saat ini stok beras di gudangnya masih mencukupi untuk mencukupi kebutuhan hingga sembilan bulan ke depan. “Hasil panen di 2009 cukup melimpah,” kata dia.
Meski demikian, pihaknya tetap akan melakukan pembelian beras kepada para petani. Sedangkan stok beras yang masih dimiliki rencananya akan dikirimkan kepada daerah yang kekurangan.
Saat ini mereka masih menyimpan 57 ribu ton di gudang mereka. Sedangkan kapasitas gudang milik Bulog Surakarta hanya mampu menyimpan 87 ribu ton. Sedangkan pengeluaran mereka untuk beras miskin tiap bulan hanya 6.100 ton.
Menurut Nono, rencananya pihaknya akan mengirimkan 25 ribu ton beras ke luar daerah, agar stok di gudang dapat berkurang. “Agar kita bisa menyerap beras petani,” kata dia.
Menurut data yang diperolehnya, saat ini Kabupaten Sragen masih menjadi penghasil beras terbanyak di wilayah eks Karesidenan Surakarta, dengan hasil produksi mencapai 412 ribu ton per tahun. Sedangkan Kota Surakarta memiliki hasil produksi terendah, sebanyak 600 ton per tahun. “Sebab lahan persawahan di Surakarta sangat minim,” kata dia.
AHMAD RAFIQ