TEMPO Interaktif, Jakarta - Mantan narapidana Anton Medan mengatakan, pemberian fasilitas tambahan dan berlebih bagi napi seperti Artalyta Suryani karena mempunyai kedekatan dengan pejabat, “yang perlu kita pertanyakan kenapa mereka bisa mendapat fasilitas seperti itu,” katanya saat dihubungi Tempo. Senin (11/1).
“Dia punya link, koruptor tak ada yang tak kenal pejabat,” imbuh pendiri Pondok Pesantren At Taibin, Cibinong, Jawa Barat.
Sehingga, kata dia, para petugas lapas posisinya menjadi semakin sulit ketika sang napi dibantu pejabat yang jabatnnya lebih tinggi, “tidak tertutup kemungkinan pejabat itu telpon, dirjen tidak bisa berbuat apa-apa,” ujarnya.
Bagi dia, pemberian fasilitas seperti itu merupakan kejadian biasa dan bukan hal baru yang terjadi di semua lembaga pemasyarakatan (lapas) di Indonesia, “Hal seperti itu bukan hal baru, dulu lebih parah lagi,” kata Anton. Akhirnya, kata Anton, seringkali petugas lapas dalam posisi dilema.
Anton mengaku, saat dirinya masih di dalam sel penjara, juga mendapat fasilitas lebih ketimbang para napi lainnya, “Tahun 80an, karena pribadi saya bisa menempatkan diri, saya berperilaku baik, dengan kebaikan itu di dalam LP mereka tutup mata,” terangnya.
Hal penting lainnya yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah adalah soal kapasitas lapas, “Kapasitas LP hanya 580 napi, tapi dimuat 2.000. Apa ini manusiawi,” ujarnya. “Semua over kapasitas, petugas tidak ditambah. Untung saja ada pendidikan agama yang cukup kuat di lapas,” pungkasnya.
SHOLLA TAUFIQ