"Bantuan disesuaikan kebutuhan jenis produksi, misalnya industri tekstil mendapat mesin jahit," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surabaya, Endang Tjaturahwati, Rabu (13/1).
Penggunaan mesin dalam produksi ini, kata dia, akan mengurangi biaya produksi. Dengan biaya produksi murah, kata Endang, harga barang pasti akan lebih murah. "Harapannya bisa menyaingi produk Cina yang murah," ujarnya.
Selain memberikan bantuan mesin, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, kata dia, juga memberikan pelatihan kepada 4000 UMKM itu. Pelatihan dibagi dalam 20 bidang industri. Dimana setiap bidang industri ada sebanyak 200 peserta. "Pelatihan bertujuan meningkatkan keterampilan pelaku UMKM sesuai jenis usahanya," kata dia.
Persiapan menghadapi AFTA juga dilakukan pada 2009 lalu. Dimana sebanyak 1500 UMKM mendapat pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan mendapat bantuan mesin.
Selain itu, kata dia, intitusinya juga membantu para UMKM untuk mendaftarkan merk produksinya secara gratis. "Jadi setiap UMKM sudah punya nama, sehingga juga bisa menembus pasar ekspor," kata dia.
Kepala Bidang Ekonomi dan Usaha Daerah Pemerintah Kota Surabaya, Widodo Suryantoro mengatakan kebijakan AFTA adalah kebijakan nasional yang tidak bisa ditolak daerah meskipun daerah itu belum siap.
Ia mengatakan produk lokal harus tetap dilindungi oleh Pemkot Surabaya meskipun kebijakan tersebut diberlakukan. "Kami akan mengumpulkan para distributor sebagai pemain pasar agar tidak mendistribusikan barang impor secara berlebihan sehingga mengancam produk lokal," ujarnya.
DINI MAWUNTYAS