TEMPO Interaktif, Surakarta - Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Surakarta Rakhmat Sutomo memastikan mata pelajaran batik sebagai muatan lokal akan dimulai tahun ajaran mendatang. Sebab, segala sesuatu yang mendukung mata pelajaran tersebut sudah dipersiapkan. “Saat ini kami sudah selesai menyusun draft kurikulumnya,” jelasnya, Rabu (13/1).
Draft kurikulum tersebut kemudian akan dibahas bersama dengan praktisi batik, akademisi, dan sekolah-sekolah yang sudah memulai mata pelajaran batik seperti Sekolah Menengah Kejuruan 4 dan 6. Dia menjanjikan dalam waktu dekat draft tersebut bisa disepakati menjadi kurikulum.
Setelah draft selesai, Rakhmat kemudian menyiapkan sumber daya manusianya. Dia memastikan tidak akan merekrut guru-guru baru. “Kami akan mengoptimalkan guru-guru yang sudah ada. Terutama guru kesenian akan kami latih pengetahuan tentang batik,” tuturnya. Guru-guru akan dilatih oleh praktisi batik seperti perajin batik. Atau belajar batik di institut kesenian. “Tiap sekolah cukup satu guru batik,” tegasnya.
Untuk kurikulum, sebagai gambarannya siswa Sekolah Dasar kelas 4 hingga 6 akan belajar tentang peralatan batik. Kemudian siswa Sekolah Menengah Pertama akan mencoba memproduksi batik secara sederhana, sehingga nantinya bisa membuat pekerjaaan batik level sederhana.
Siswa Sekolah Menengah Atas diajarkan membatik untuk motif yang rumit dan belajar proses pembuatan batik untuk batik cap dan tulis. “Jika lulusan SMA kesulitan memperoleh pekerjaan, mereka bisa membuka usaha batik mandiri dengan berbekal pelajaran di sekolah,” tutur Rakhmat.
Batik dimasukkan dalam muatan lokal sebagai upaya pelestarian kebudayaan. Apalagi batik sudah dikukuhkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009. Rakhmat mengatakan untuk itu pihaknya turut mengapresiasinya dengan memasukkan batik dalam kurikulum pendidikan di sekolah-sekolah di Surakarta.
UKKY PRIMARTANTYO