TEMPO Interaktif, Jakarta - Psikolog Ratih Ibrahim mengatakan lingkungan pergaulan yang terlalu terbuka sangat rentan pengaruhnya terhadap remaja. Pasalnya, di lingkungan serba terbuka dan bebas sering timbul potensi untuk melakukan seks pra nikah.
"Yang jelas lingkungan yang mengamini dan punya toleransi yang sangat besar terhadap seks bebas," kata Ratih di Jakarta, Senin (18/1).
Ratih juga mengatakan, remaja putri saat ini cenderung lebih gampang tertekan jika tidak punya pacar. Pasalnya ia bisa menjadi bahan olokan rekan-rekannya.
"Kalau enggak punya pacar dibilang enggak keren atau culun. Buat anak-anak umur remaja ini suatu beban besar," katanya.
Dengan olokan itu perasaan minder akan muncul. Belum lagi ditambah omongan bahwa seseorang yang masih perawan itu tidak keren. Seorang remaja putri pun akan semakin tertekan jika dipojokkan dengan status bahwa ia satu-satunya yang masih perawan dalam grupnya. "Inilah yang jadi pemicu timbulnya seks bebas," katanya.
Peran media juga sangat besar kepada perilaku seks anak remaja. Film remaja khususnya yang dari Amerika Serikat biasanya punya alur cerita yang menarik karena dibumbui dengan sedikit perilaku seks.
"Media itu merupakan panutan mereka (remaja). Apa yang mereka lihat itulah yang mereka lakukan," katanya.
Lebih lanjut Ratih mengatakan lingkunganlah yang membuat remaja terjerumus melakukan seks bebas. Di sinilah peran orang tua untuk membimbing anak-anak mereka.
"Banyak orang tua menganggap membicarakan masalah seks dan juga masalah keperempuanan adalah hal tabu. Inilah yang harus dihindari," katanya.
DANANG WIBOWO