TEMPO Interaktif, Jakarta - Pembobolan dana nasabah di sejumlah bank di Bali masih terus diselidiki jajaran Kepolisian Daerah Bali dan tim Bareskrim Markas Besar Polri yang diterjunkan langsung ke Denpasar.
Berdasarkan penyelidikan, modus pembobolan bank itu adalah menggunakan chip untuk merekam data nasabah di anjungan tunai mandiri (ATM). Kemudian, para pembobol juga memasang kamera pendeteksi untuk mengetahui gerakan jari nasabah saat memasukkan nomor PIN. Setelah data didapatkan lalu dicek di komputer. "Lalu para pembobol membuat kartu ATM baru palsu dan menjalankan aksinya,’’ urai Kepala Kepolisian Kota Besar Denpasar Komisaris Besar Gede Alit Widana dalam jumpa pers di Markas Poltabes Denpasar, Kamis (21/1).
Menurutnya, pembobolan itu diduga melibatkan banyak orang. Namun, kata Alit, pihaknya belum mengetahui dan menangkap tersangka pembobolan tersebut. Termasuk adanya kemungkinan keterlibatan orang dalam bank. Soal keterlibatan jaringan Rusia dalam pembobolan tersebut, seperti pelaku dalam kasus sebelumnya, menurut Alit, masih diselidiki. Beberapa ATM yang dibobol juga sudah diselidiki. ‘’Namun datanya belum diserahkan pihak bank, termasuk arah aliran dana hasil pembobolan tersebut,’’ sebutnya.
Ditambahkan, pihak Poltabes Denpasar akan berkoordinasi dengan pihak bank untuk mengusut tuntas kasus ini. Pihaknya juga memeriksa sekitar 20 saksi dari pihak korban dan orang-orang yang mengetahui kasus tersebut.
Alit juga mengatakan, sebelumnya ada satu tim Mabes Polri berjumlah empat orang untuk menyeldiki kasus pembobolan itu. Namun tim sudah kembali ke Jakarta. ‘’Dan rencananya akan datang lagi satu tim yang terdiri dua sampai tiga orang,’’ ujarnya.
Hingga saat ini, pihak Poltabes Denpasar telah menerima 15 laporan pembobolan uang nasabah dari BCA, BNI dan Bank Permata. Namun hanya 14 kasus yang dinyatakan sebagai pembobolan. Sedangkan satu kasus murni pencurian ATM biasa. Jumlah kerugiannya akibat kasus-kasus tersebut sebesar Rp 522,3 juta.
NI LUH ARIE SL