Padahal dulu, batik hanya dilirik kaum tua yang mewarisi tradisi dari leluhurnya. Kini batik sudah diakrabi semua kalangan, dari anak-anak hingga remaja. Edward Hutabarat adalah salah satu perancang yang punya perhatian untuk melekatkan batik ke kawula muda.
Pria yang biasa disapa Edo ini termasuk perancang yang konsisten menggali inspirasi kekayaan seni dan budaya Indonesia. Dia kembali mengukir karya kreatif yang menerjemahkan inspirasi Indonesia dalam semangat dan napas yang modern yang lekat dengan gaya kawula muda.
"Saya memang mencintai batik dan ingin melekatkan sensasinya kepada kawula muda," tutur Edo, bersemangat, yang beberapa waktu lalu memperkenalkan ruang pamer dan gerai terbarunya untuk koleksi ready-to-wear Part One Boutique Gallery, yang berlokasi di Pacific Place, kawasan Sudirman, Jakarta.
Semangat idealisme perancang asal Sumatera Utara ini selain menyajikan ruang pamer untuk rancangan busana siap pakai, butiknya berfungsi sebagai ruang dialog, berkomunikasi, serta bertukar ide dan pengalaman, terutama bagi teman-teman seniman, baik dari dalam maupun luar negeri, yang tertarik mendalami budaya Nusantara. "Dan targetnya karena kawasan ini sering dikunjungi kaum muda. Saya inginnya di sini sebagai tempat hang out alias ngumpulnya orang muda pencinta batik," ujarnya, penuh harap.
Mengamati beberapa elemen dekorasi dan interior ruangan, Edo, yang memang dikenal memiliki kedekatan dengan para perajin produk kriya seni dan budaya dari berbagai daerah Nusantara, menandakan memiliki kepedulian mendalam terhadap kebudayaan Indonesia. "Saya ingin memfasilitasi inisiatif seniman batik dan sebagainya dari kalangan orang muda agar upaya merawat, menjaga, dan melestarikan pusaka luhur tidak putus begitu saja," ujarnya dengan nada serius.
Bersamaan dengan pembukaan butik ini, Edo meluncurkan buku bertajuk The Backstage, yang memotret cerita kehidupan di belakang layar industri kreatif Indonesia. Terutama kehidupan para artisan ketika melahirkan berbagai karya seni dan kebudayaan yang mengagumkan. Melalui bukunya, lagi-lagi Edo ingin memaparkan, di balik keindahan karya, tak hanya ada cerita tentang cinta dan problema, tapi juga konflik dan segala perniknya yang harus dijalani para artisan seni dan kebudayaan.
Edo dengan semangat idealismenya memaparkan, pembukaan butik dan peluncuran bukunya ini adalah memotret pemberdayaan para perempuan kota dan desa yang bersinergi dengan pusaka luhur, seperti batik dan lainnya, supaya dikenal, dipahami, diketahui, dan disayangi kaum muda. Menurut dia, orang muda yang berpikiran modern dan hidup dengan teknologi harus didekatkan dengan sensasi seperti ini. "Supaya ide atau gagasan heritage atau pusaka adiluhung dikemas menjadi sesuatu yang menarik dengan sentuhan kekinian."
Tentang batik yang menjadi andalan karyanya, Edo berpendapat bahwa batik cocok untuk alam tropis, seperti Indonesia. Dia mewujudkannya ke dalam busana bergaya resor kasual yang bisa dikenakan untuk bersantai. Apalagi Edo mengamati aktivitas kawula muda masa kini yang rekat dengan bidang kreativitas tanpa batas, yang tak terpasung dalam balutan busana formal.
Dengan cekatan, misalnya, Edo menghadirkan gaun sutra sifon panjang berlipit, baju katun bergaris A warna cerah bercorak hokokai, gaun semiresmi, dan jaket panjang. Semua dirancang dengan sentuhan serta detail khas karyanya, dipadu padan dengan motif bergaris, kotak-kotak, serta bahan denim sebagai aksen yang mempermanis penampilan pemakainya. "Sekali lagi, sasaran saya orang muda yang merupakan teman, sahabat, dan sumber inspirasi saya dalam berkarya," ujarnya, senang. HADRIANI P