Sutarto mensinyalir, pihak-pihak tertentu telah memanfaatkan pola panen tahunan dengan menaikkan harga beras. Padahal stok beras di daerah saat ini masih mencukupi. "Ada kecenderungan pedagang mengeluarkan beras sedikit demi sedikit," ujarnya.
Saat ini persediaan beras nasional mencapai 1,7 juta ton atau lebih tinggi dari bulan yang sama pada 2009, yang hanya 1,1 juta ton. Jumlah ini dinilai mampu mencukupi kebutuhan pangan nasional, yang rata-rata memerlukan beras kurang dari 3 juta ton per bulan.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Suswono memperkirakan, tingginya harga beras di sejumlah daerah saat ini disebabkan oleh faktor psikologis kenaikan harga pembelian pemerintah (HPP) yang mencapai 10 persen. Selain itu, kondisi cuaca yang ekstrem menjadi penyebab utama kenaikan akibat macetnya sejumlah distribusi ke luar pulau.
Beberapa pedagang beras di Pasar Palmerah menilai, kenaikan harga saat ini yang tertinggi dalam setahun terakhir. Erwan, pemilik Toko Beras Berkah, mencontohkan harga beras jenis IR 64 kualitas medium dijual Rp 6.200-6.400 per kilogram. Sebelumnya, beras jenis ini dijual Rp 4.800 per kg.
Di Pasar Induk Cipinang, harga beras yang mengalami peningkatan cukup drastis adalah Pandan Wangi Super, dari Rp 8.000 menjadi Rp 9.000. Santo, 31 tahun, pedagang beras di pasar itu, menganggap kenaikan harga beras pada Januari sebagai hal wajar karena tingginya curah hujan.
Kepala Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan DKI Jakarta Ade Soemarsono menyarankan agar masyarakat menahan pembelian beras dalam jumlah besar. Sebagian besar daerah di Jawa, kata dia, saat ini sudah panen sehingga diharapkan pada Februari harga beras akan kembali normal. "Jangan beli beras secara irasional. Ini masih keadaan normal dan tak ada yang perlu dikhawatirkan," katanya.
NALIA RIFIKA