"Ini meningkat dari tahun lalu yang US$ 200 juta," kata Ambar saat menggelar koferensi pers pelaksanaan International Furniture & Craft Fair Indonesia IFFINA, di Jakarta International Expo Kemayoran, Rabu (3/2). Pameran tersebut rencananya bakal berlangsung pada 11 sampai 14 Maret.
Ambar menjelaskan pameran mebel ini hanya untuk kalangan bisnis. Pameran tersebut menargetkan 2.500 buyer, sedangkan yang buyer yang sudah melakukan registrasi sampai saat ini mencapai 1.500 buyer. Tahun lalu, pameran ini berhasil mendatangkan 1.700 buyer.
Pameran mebel internasional ini merupakan pameran yang ketiga kali. "Kita akan mengundang buyer-buyer dari seluruh dunia, termasuk dari Cina," katanya. Ambar mengatakan dengan pameran ini nantinya ada sistem kerjasama dengan importir Cina yang diharapkan dapat mengirimkan produk Indonesia lebih banyak lagi ke Cina.
Peserta pameran, kata Ambar, akan diseleksi ketat. Begitu pula dengan pengunjung. "Orang yang datang adalah yang benar-benar serius untuk bisnis," ucap Ambar yang mematok tiket masuk US$ 10. Langkah ini merupakan strategi untuk melawan masuknya mebel-mebel Cina ke Indonesia. "Pengusaha mereka sudah mulai membangun networking di sini," katanya.
Ambar merasa prihatin dengan frekuensi pameran berskala internasional yang hanya ada dua di Indonesia, yaitu IFFINA dan Trade Expo Indonesia. Keadaan ini sangat jauh bila dibandingkan penyelenggaraan pameran di Cina. "Di sana setiap bulan ada pameran," ucapnya.
Tahun ini ekspor mebel Indonesia ke Cina ditargetkan naik US$ 12,7 juta. Ambar menjelaskan kualitas mebel Indonesia masih lebih baik dari mebel buatan Cina. "Mereka hanya bisa mengopi produk kita, tapi kalau materialnya tidak bisa," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Pengembangan Pasar Afrika dan Timur Tengah Badan Pengembangan Ekspor Nasional, Gatot P Adjie, mengatakan ia sudah menugasi Atase Perdagangan dan International Trade Promotion Centre di luar negeri untuk mencari buyer guna mendukung pameran tersebut.
IQBAL MUHTAROM