Demikian dikatakan Bien Subiantoro, Direktur Treasury dan Internasional PT Bank Negara Indonesia (BNI) yang dihubungi Tempo, Ahad (7/2). Menurut dia, komponen penentu suku bunga pinjaman perbankan adalah cost of fund, biaya oprasional, risk premium, dan penentuan besarnya margin bank. "BI Rate merupakan subsitusi yang diberikan Bank Indonesia terhadap perbankan karena memilih untuk membeli surat berharga daripada memberikan kredit pada sektor riil," ujar dia.
Cost of fund atau biaya dari penyimpanan dana nasabah perbankan mempengaruhi besarnya suku bunga pinjaman sebesar 5 hingga 6 persen. Terdiri atas pembayaran suku bunga tabungan, deposito, dan giro. Biaya oprasional perbankan mempengaruhi 2 hingga 5 persen dari bunga pinjaman. "Jika bank tersebut agresif dalam marketing seperti pemberian undian-undian maka biaya oprasionalnya pun semakin besar," ucap Bien.
Risk Premium atau penentuan besarnya risiko yang dihadapi perbankan dianalisis dengan dua tahap yaitu risiko pada industri dan risiko pada perusahaan. Dalam persaiangan pasar bebas ASEAN-Cina saat ini, sektor tekstil memiliki risiko terbesar. Risk premium ini mempengaruhi besarnya suku bunga pinjaman sebanyak 1 hingga 7 persen. "BNI menggunakan analisis risk rating customer dan industri untuk menghindari risiko NPL (kredit bermasalah)," ucap Bien.
Terakhir adalah penentuan besarnya margin yang diinginkan bank tersebut. Margin menentukan 1 hingga 2 persen dari suku bunga pinjaman perbankan. BNI menetapkan bunga pinjaman 9 hingga 14 persen sejak Desember 2010. Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia tidak membuat bank ini menurunkan serta merta suku bunga pinjamannya dalam waktu dekat.
RENNY FITRIA SARI