Sebab, kata Edy, saat ini, yang terjadi banyak penjualan bahan mentah. "Misalnya bauksit diambil di Pulau Karimun, dibawa ke luar negeri dengan harga US$ 30. Kemudian masuk Indonesia menjadi alumina dengan harga US$ 220," kata dia.
Edy berharap, pesan bahwa pemerintah bisa mengurangi kuota ekspor bahan mentah bisa dibawa oleh delegasi Kamar Dagang dan Industri Indonesia saat bertemu dengan Kadin Cina. "Katakan kepada Cina bahwa Indonesia akan mengolah pasir, bauksit, biji besi, coklat sendiri," kata dia.
Kemudian, lanjut Edy, Cina diminta untuk membangun pabrik pengolahan di Indonesia saja. Sebab, lanjut dia, pabrik Cina bisa lebih dekat dengan sumber alam yang dibutuhkan Cina. "Hasilnya juga bisa dijual ke negara lain," ujarnya. "Daripada menguatkan daya saing Cina, lebih baik panggil Cina ke Indonesia."
Jadi, kata Edy, untuk membatasi ekspor bahan mentah tidak perlu pengenaan bea keluar. "Tapi panggil eksportirnya agar sukarela mengurangi ekspor bahan mentah," ujar Edy.
EKA UTAMI APRILIA