TEMPO Interaktif, Cilacap - Pencurian ikan dan penggunaan pukat harimau diduga menjadi penyebab utama penurunan hasil tangkapan ikan tuna nelayan Cilacap. Akibatnya, ekspor produk laut tersebut ke Jepang dan sejumlah negara Eropa turun hingga 50 persen.
“Kami semakin kesulitan mendapatkan tangkapan ikan tuna,” kata salah satu pengusaha kapal penangkap ikan tuna di Cilacap, Atai Hartono, Jumat (12/2).
Atai mengatakan sulitnya mencari ikan tuna membuat pemilik kapal mengalihkan tangkapannya di daerah sekitar Sumatera. Pengalihan tersebut otomatis membuat semakin sedikitnya tangkapan karena waktu yang ditempuh semakin panjang.
Ia menambahkan, dalam setahun ia hanya bisa mengekspor sekitar 75 ton ikan tuna. Padahal, sebelumnya ia bisa mengekspor 150-200 ton per tahun.
Menurut Atai, ikan tuna memang makin sulit diperoleh karena berbagi macam faktor, di antaranya banyaknya pencurian ikan di wilayah Indonesia yang dilakukan nelayan asing. Selain itu, nelayan pantura juga banyak yang menggunakan pukat cincin di Samudera Indonesia. “Penggunaan pukat cincin membuat segala jenis ikan tertangkap,” keluhnya.
Ketua Asosiasi Pengusaha Kapal Cilacap Sanpo mengatakan penurunan tangkapan sudah berlangsung sejak setahun terakhir. “Ekspor turun hingga 50 persen. Biasanya saya bisa mengekspor tuna hingga 3-4 ton per tahun, sekarang tinggal 1,5 ton per tahun,” katanya.
Padahal, kata Sanpo, di Cilacap setidaknya ada 100 pengusaha kapal dan masing-masing pengusaha mampu mendapatkan tangkapan ikan dari 1 ton hingga 80 ton per tahun. “Semua pengusaha memang mengeluhkan turunnya hasil tangkapan tuna ini,” katanya.
ARIS ANDRIANTO