Menggunakan puluhan sepeda motor, massa yang datang dengan mengusung poster ini merangsek ke halaman kantor Desa Sukorame di Jalan Veteran. Petugas Kepolisian Sektor Mojoroto yang mengamankan aksi membiarkan mereka masuk untuk menghindari kemacetan lalu lintas.
Dalam orasinya para pengunjuk rasa menyampaikan adanya pemotongan dalam penyaluran beras miskin beberapa hari lalu. Sejumlah keluarga miskin merasa dimintai jatah oleh perangkat desa yang membagikan untuk setiap 13 kilogram beras yang diterima dari Badan Urusan Logistik Divisi Regional V Kediri. “Besarnya bervariasi,” kata koordinator aksi Riawan Budiono menjelaskan pungutan itu, Senin (15/2).
Selain persoalan beras miskin, warga juga menanyakan pengelolaan aset desa berupa tanah kas yang diambil alih oleh Pemerintah Kota Kediri. Tanah kas desa seluas 1,7 hektar tersebut diketahui dipergunakan oleh pemerintah untuk mendirikan gedung Politeknik milik daerah. Sebagai kompensasinya pemerintah memberikan dana Rp 2,5 miliar kepada desa. “Dana itu juga tidak jelas peruntukannya,” kata Riawan yang disambut teriakan warga.
Setelah melakukan orasi, sejumlah perwakilan massa diperkenankan melakukan dialog dengan perangkat desa. Kepala Desa Sukorame Muhammad Yusuf mengaku tidak tahu menahu dengan dana kompensasi kas desa itu. Menurut dia, pencairan itu dilakukan sebelum dirinya menjabat kepala desa setempat. “Saya tidak tahu menahu,” kilahnya.
Dia juga membantah telah terjadi pemotongan penerimaan beras miskin yang dilakukan oknum jajarannya. Sebab hingga saat ini belum ada laporan keberatan dari korban secara langsung sebagai dasar untuk melakukan penyelidikan. Namun dia berjanji untuk mengusut dugaan ini agar tidak menimbulkan gejolak.
Aksi tersebut berakhir damai setelah perangkat desa menjanjikan pertemuan lanjutan untuk menyelesaikan persoalan itu.
HARI TRI WASONO