Pernyataan Farmer tersebut diungkapkan ketika diwawancara Tempo, di Bandara Sultan Taha Jambi, Sabtu (20/2).
Farmer didampingi tiga rekannya, yakni Martin Newberry, perwakilan pemerintah Australia Barat, Susan Hunt, Direktur Utama Kebun Binatang Perth, dan Leif Cook, tenaga ahli Primata Australia. Selama dua hari di Provinsi Jambi, mereka antara lain mengunjungi Fasilitas Riset Stasiun Orangutan, di Desa Lubukkambing, Kecamatan Renahmendalu, Kabupaten Tanjungjabung Barat.
Farmer menolak jika dikatakan negara industri maju sebagai biang keladi terjadinya pemanasan global. Dia juga membantah Indonesia didesak untuk memelihara dan memperbaiki kawasan hutannya, sedangkan negara-negara maju tidak peduli untuk ikut mengangkat kesejahteraan warga masyarakat, terutama yang bermukim di sekitar kawasan hutan.
“Tidak benar itu, saya datang ke Jambi ini untuk melakukan kerjasama dengan pemerintah Indonesia untuk menjadikan daerah ini sebagai daerah percontohan dalam pembangunan kawasan hutan," ujar Farmer. :Program ini juga diharapkan akan dapat membantu kesejahteraan warga sekitarnya, dengan tanpa melakukan perusakan hutan".
Menurut Farmer, pernyataan Pemerintah Indonesia, seperti disampaikan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, saat konfrensi di Covenhagen, Denmark, beberapa waktu lalu, yang ingin mengurangi emisi nasional sebesar 26 – 41 persen hingga tahun 2030, merupakan kemauan pemerintah Indonesia sendiri, bukan atas desakan Negara lain.
“Negara kami berkeinginan untuk melakukan kerjasama itu, karena Australia merupakan salah satu negara yang sangat konsen dalam upaya ikut mengurangi emisi karbon untuk menghindari pemanasan global. Tapi itu kami pun tak akan memaksa, jika memang Indonesia mau ya kami siap”, ujarnya.
SYAIPUL BAKHORI