TEMPO Interaktif, Amsterdam - Dirk Hannema dikenal sebagai kurator seni yang cemerlang tapi tak banyak yang percaya kemampuannya. Dia mengaku mempunyai koleksi beberapa lukisan karya Van Gogh dan beberapa lukisan Rembrandt, tapi tak ada yang percaya padanya.
Kini 25 tahun setelah kematiannya ternyata tidak semua yang diakuinya adalah bualan semata. Pasalnya, ada satu karya Vincent Van Gogh dalam koleksinya. Lukisan itu, berjudul "Le Blute-Fin Mill," yang kini dipajang di Museum kecil de Fundatie di pusat kota Belanda, Zwolle.
Louis van Tilborgh, kurator di Museum Van Gogh di Amsterdam, mengatakan lukisan itu tidak biasa bagi impresionis abad ke-19, yang menggambarkan sosok manusia yang besar dalam sebuah pemandangan. Sebuah lukisan yang menunjukkan orang Paris menaiki tangga kayu untuk naik kincir angin di distrik Montmartre.
Tetapi karya itu khas sapuan Van Gogh pada saat itu dengan cara lain, dengan warna-warna cerah kasar menyapu kanvas. Van Tilborgh mengatakan, lukisan itu dikerjakan pada tahun 1886 ketika seniman besar itu tinggal di Paris. "Anda dapat menghubungkannya dengan karya-karya Van Gogh dalam periode tertentu, tetapi tidak banyak," katanya.
Van Tilborgh mengatakan, Ini adalah pertama kali karya Van Gogh disahkan sejak tahun 1995 dan keenam untuk ditambahkan ke daftar lukisan yang dikonfirmasi sejak edisi terbaru katalog standar saat diterbitkan pada tahun 1970.
Van Gogh melukis sekitar 900 karya dalam karirnya yang singkat. Dia terserang penyakit mental, ia meninggal karena luka yang diakibatkan dilakukannya sendiri pada tahun 1890 pada usia 37 tahun.
Hannema membeli lukisan itu pada tahun 1975 dari seorang pedagang barang antik dan seni di Paris yang tidak percaya itu mempunyai nilai tinggi. Tapi kolektor Belanda itu membelinya. Dia membayar 5.000 gulden Belanda atau sekitar Rp 25 juta tanpa diketahui karya siapa. Tetapi lukisan itu segera diasuransikan dengan nilai 16 kali harga yang dia bayar.
Hannema memuji lukisan itu dengan "kepastian yang mutlak" sebagai karya Van Gogh, tapi tak ada yang mendengarkan. Dia telah didiskreditkan sejak ia membeli sebuah lukisan maestro pada tahun 1937 yang kemudian terbukti palsu.
Hannema menjadi direktur dan dihormati di Museum Boijmans, Rotterdam pada tahun 1921, saat dia berusia 26 tahun. Lahir dalam keluarga yang menyukai seni dan kolektor seni, membuat dia berbakat, sukses, tampan dan sangat percaya diri dalam penilaian seni, kata Ralph Keuning, direktur Museum de Fundatie.
Selama pendudukan Nazi di Belanda, dia diberi tanggung jawab untuk semua museum di negara ini. Setelah perang tahun 1945 ia ditangkap dan berdiri sidang untuk kolaborasi, tapi ia tidak pernah dihukum dan dibebaskan dua tahun kemudian.
Dia terus menambah koleksi sendiri, mencari karya-karya seni kualitas tinggi dari seniman kurang dikenal dan mencari maestro yang tak dikenal. Namun, dia selalu salah dalam memilih. "Dia adalah bahan tertawa di dunia seni," kata van Tilborgh kata. "Tragedinya adalah bahwa ia selalu berpikir mempunyai kaitan dengan nama-nama besar."
Pada tahun 1958, Hannema menciptakan sebuah lembaga untuk koleksi dan diizinkan untuk tinggal di Benteng Nijenhuis di desa Heino. Namun, dia diberi syarat bahwa ia memungkinkan akses masyarakat terhadap karya-karya koleksinya, yang mencakup banyak karya, baik potongan klasik maupun modern.
AP| NUR HARYANTO