TEMPO Interaktif, Kupang - Stok beras rawan pangan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk mengatasi masalah gagal panen yang berdampak rawan pangan di daerah tersebut hanya cukup untuk kebutuhan tiga bulan ke depan. "Ini akan menjadi perhatian serius dari pemerintah,” kata Kepala Badan Bimbingan Masyarakat Ketahanan Pangan NTT Petrus Langoday kepada wartawan di Kupang, pagi ini.
Menurut dia, stok pangan itu terdiri atas, beras milik pemerintah sebanyak 400.000 ton dan stok beras di tingkat masyarakat sebanyak 41.000 ton, cadangan beras milik pemerintah di semua kabupaten/kota masing-masing 100 ton. Stop lainnya, yakni, 38.000 ton jagung dan 44.000 ton ubi-ubian.
Sebanyak 42 desa yang tersebar di enam Kabupaten di NTT, kata Petrus, berpotensi mengalami risiko rawan pangan tinggi. Desa-desa yang terancam rawan pangan itu terdapat di Kabupaten Kupang sebanyak 23 desa. Dua desa di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dan Manggarai Timur. Enam desa di Kabupaten Lembata dan Rote Ndao serta tiga desa di Kabupaten Sabu Raijua.
Persoalan yang dihadapi pemerintah provinsi, lanjut Petrus, berkaitan dengan daya beli masyarakat dan kondisi daerah. Apalagi, harga beras di pasaran terus melonjak. Walapun untuk menstabilkan harga pasar itu pemerintah telah melakukan operasi pasar (OP). Naiknya harga beras itu dipicu oleh penentuan harga dasar dari pemerintah. "Kita berharap operasi pasar yang dilakukan di semua daerah dapat menstabilkan harga," ujarnya.
YOHANES SEO