TEMPO Interaktif, Kabul – Dalam delapan bulan terakhir, Kondom mendadak bukan menjadi barang aneh di Afganistan. Beberapa Mullah atau ulama itu membagi-bagi kondom. Sementara yang lain mengutip Al-Quran mengenai perlunya mengatur kelahiran. Para ahli kesehatan mengatakan kontrasepsi mulai populer di negara dengan angka kematian ibu melahirkan tinggi.
Meski perang, Afganistan merupakan salah satu negara tertinggi di dunia tingkat kelahirannya. Rata-rata lebih dari enam bayi per wanita meskipun sepanjang tahun perang dan parahnya perawatan medis. Sementara kesadaran dan akses penggunaan kontrasepsi masih rendah di antara banyak pasangan.
UNICEF memperkirakan sepuluh persen perempuan menggunakan beberapa bentuk kontrol kelahiran. Tetapi penggunaan pil, kondom, dan suntik sebagai bentuk kontrol kelahiran meningkat menjadi 27 persen selama delapan bulan terakhir di tiga daerah pedesaan.
Dr Douglas Huber, yang melakukan penelitian berbasis di Ilmu Manajemen untuk Kesehatan mengatakan kontrasepsi menjadi andalan di Afganistan. "Tercepat, termurah, cara termudah untuk mengurangi kematian ibu di Afghanistan adalah dengan kontrasepsi."
Angka kematian ibu di Afganistan mencapai 1.800 per 100.000 kelahiran hidup adalah di bawah angka tertinggi di dunia, yakni Sierra Leone, menurut UNICEF. Di Amerika Serikat tingkat kematian mencapai 11orang per 100.000 kelahiran.
Total, ada 37 Mullah yang mendukung menggunakan kontrasepsi sebagai cara untuk mengontrol angka kelahiran, beberapa menyelipkan pesan keluarga berencana saat khotbah salat Jumat. Para mullah prihatin dengan angka kematian ibu melahirkan. "Semua para mullah di tingkat masyarakat bawah tahu tentang hal ini bahwa Nabi Muhammad sendiri menyarankan para pengikutnya," kata Huber. "Ini bukan pemaksaan."
Banyak Mullah di Afganistan sangat terbuka mempromosikan keluarga berencana, kata Farhad Javid, direktur program Marie Stopes International, sebuah lembaga swadaya Inggris yang berbasis organisasi keluarga berencana di Kabul. Dia tidak terlibat dalam studi, tetapi mengatakan, organisasinya telah melatih 3.500 pemimpin agama untuk mendistribusikan lebih dari 2 juta kondom tahun lalu.
Selama studi dari 2005-2006 - yang melibatkan 3.700 keluarga di tiga daerah pedesaan dengan kelompok-kelompok etnis yang berbeda, termasuk Sunni dan Syiah Muslim - Departemen Kesehatan bekerja sama dengan organisasi nirlaba menyebarkan berita bahwa menggunakan alat kontrol kelahiran adalah 300 kali lebih aman daripada melahirkan di Afganistan. Mereka juga mati-matian menghilangkan keyakinan bahwa kontrasepsi memiliki efek samping negatif, seperti ketidaksuburan.
Dr Matthews Mathai, seorang ahli kesehatan ibu di World Health Organization di Jenewa, memperingatkan bahwa program ini mungkin sulit untuk memperluas secara nasional karena biaya tinggi, pelatihan intensif dan negara yang terus-menerus konflik. Dia juga mengatakan beberapa wanita mungkin lebih suka untuk memiliki keluarga besar karena takut dengan kematian anak.
"Jelas, dibutuhkan para pemimpin agama dan orang-orang untuk mendapatkan beberapa perubahan. Alangkah baiknya jika hal ini bisa ditiru, tetapi dalam jangka panjang, itu harus berkelanjutan," ujar Mathai.
AP| NUR HARYANTO