TEMPO Interaktif, Jakarta -Sejak batik Indonesia mendapat pengukuhan dari Badan Dunia, UNESCO sebagai warisan budaya dunia pada Oktober 2009. Semarak dan animo masyarakat batik begitu gencar. Bisa dikatakan semua orang menggemari batik. Dan bisa kita saksikan demam batik terjadi di mana-mana di setiap tempat. Mulai instansi atau lembaga resmi sampai area publik seperti pusat pebelanjaan, tempat rekreasi, bioskop, toko buku dan sebagainya kini menjadi sangat peduli batik.
Pekan lalu, di Atrium Plasa, Segitiga Senen, Jakarta euforia batikpun sangat terasa dengan hadirnya sentra penjualan batik yang diberi nama Kampoeng Batik. "Animo masyarakat terhadap batik belakangan sangat tinggi. Responnya sangat tinggi.
Dulu, pengunjung atau masyarakat yang datang ke Atrium jarang berbatik. Belakangan, tepatnya sejak dua tahun ini batik menjadi idola yang terus meningkat, termasuk pengunjung berbatik yang datang ke sini," ungkap Tammy Hariyadi, Marketing Communication Executive Plasa Atrium Segitiga Senen yang dijumpai pekan lalu di acara peluncuran tempat ini.
Memakai area yang berada di di lantai dasar, tempat ini menyajikan 30 sentra batik yang didatangkan dari beberapa daerah seperti Solo, Pekalongan, Yogyakarta dan Madura. Selain menyediakan pakaian dan kain, di sinipun menyediakan berbagai pernik kerajinan tangan dan peralatan rumah tangga bernuansa batik.
Tammy melihat tempat ini memiliki potensi serta peluang yang bagus untuk peluncuran Kampoeng Batik. "Memang sasaran tempat ini menengah ke bawah, disesuaikan dengan tempat area pebelanjaan ini," ujarnya.
Namun demikian, Tammy melihat beberapa pengunjung di sinipun banyak yang berasal dari kalangan menengah ke atas. "Artinya, Kampoeng Batikpun menyediakan batik tulis yang harganya mahal. Termasuk kebutuhan batik bagi kalangan atas." HADRIANI P