Kepala Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL), Nur Munawaroh mengatakan terjangkitnya ibu dan anak perempuannya ini diketahui dari pemeriksaan kesehatan oleh petugas Puskesmas Februari 2010 lalu. “Kami mencurigai ibunya terlebih dulu setelah menderita TBC dan sariawan berkepanjangan,” katanya kepada Tempo, Kamis (11/3).
Sejak satu tahun lalu sang ibu yang masih berusia 35 tahun menderita sariawan dan dirawat di Puskesmas setempat. Dokter menemukan munculnya jamur di bagian mulut (candidiasis oral) yang terus-menerus meluas. Jamur itu diikuti munculnya penyakit TBC sehingga memperparah kondisi tubuh korban. “Itu gejala klinis minor penderita HIV/AIDS,” kata Munawaroh.
Kecurigaan itu diperkuat dengan meninggalnya suami korban secara misterius satu tahun lalu. Diduga pria tersebut terjangkit HIV/AIDS dan menulari istri serta anaknya sebelum meninggal. Hal ini didasarkan dari latar belakang istrinya sebagai rumah tangga biasa.
Petugas langsung merawat sang ibu ke Rumah Sakit Umum Daerah Pare setelah kondisi tubuhnya terus memburuk. Sedangkan anaknya hanya dirawat di rumah karena dianggap masih stabil. Setiap hari petugas Puskesmas dengan dibantu relawan Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) atau manajer krisis memantau perkembangannya. Untuk membantu daya tahan tubuhnya balita malang itu diberi asupan entrasol dari Puskesmas. “Kami juga belum memberikan Antiretroviral (ARV) karena kondisinya masih baik,” kata Munawaroh.
Berdasarkan catatan Dinas Kesehatan jumlah penderita HIV/AIDS di Kabupaten Kediri hingga Februari 2010 sebanyak 159 orang. Dari jumlah tersebut 12 persen diantaranya adalah ibu rumah tangga biasa. Mereka menjadi korban penyakit mematikan itu setelah tertular suaminya yang kerap melakukan hubungan seks dengan pelacur.
HARI TRI WASONO