“Tahun 2009 kami investasi Rp40 miliar dan 2010 ini investasi lagi Rp21 miliar sehingga total Rp 61 miliar,” jelasnya, Kamis (11/3). Menurutnya, mesin penggerak lama yang berupa mesin uap sudah diganti dengan mesin elektro motor yang didatangkan dari China.
Di tahun 2009, kapasitas produksi pabrik per hari hanya 4.000 ton dan di tahun ini ditargetkan meningkat 4.900 ton hingga 5.300 ton per hari.
Tahun lalu, dari target produksi gula 60.800 ton, baru tercapai 69 persen atau 42.400 ton dari 800 ribu ton tebu giling dengan tingkat rendemen 7,6 persen. Sedangkan tahun ini, produksi gula ditargetkan mencaai 57.900 ton dari tebu giling 740 ribu ton dengan tingkat rendemen 7,8 persen.
Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) PG Rejo Agung Baru, Suwandi, berharap dengan adanya mesin yang baru, kapasitas produksi gula di PG Rejo Agung Baru dapat meningkat.
Dia mengakui bahwa bahan baku tebu masih sangat terbatas dan perlu dilakukan beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tebu petani. “Harus ada penambahan lahan tebu, meningkatkan rendemen, dan bunga dari kredit yang diberikan ke petani harus diturunkan,” ungkapnya.
Hingga kini ada sekitar 400 petani yang bergabung di APTR PG Rejo Agung Baru. Adapun perkembangan luas areal lahan tebu yang jadi binaan antara lain 2008 seluas 9.143 hektar, turun jadi 7.521 hektar di 2009 dan tahun ini ditargetkan naik jadi 8.552 hektar.
PG Rejo Agung Baru termasuk pabrik penghasil gula terbesar di Madiun selain PG Pagottan dan PG Kanigoro dengan cakupan lahan tebu se-eks Karesidenan Madiun yang meliputi Kota Madiun, Kabupaten Madiun, Ngawi, Poborogo, Magetan, dan Pacitan. PG Rejo Agung Baru merupakan unit usaha produksi gula dibawah PT PG Rajawali I, salah satu anak perusahaan BUMN PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI).
ISHOMUDDIN