Menurut Kepala Taman Budaya Jawa Barat Ikke Dewi Sartika, revitalisasi kesenian itu ditujukan kepada tarian adat dan benda-benda kesenian. Sejauh ini baru ada lima jenis yan terpilih, yakni topeng dari Cirebon, angklung badud asal Tasikmalaya, dan gondang buhun dari Ciamis. Adapun kesenian yang baru direvitalisasi adalah parebut seeng dan gamelan ajeng.
Parebut seeng (berebut seng), kata Ikke, adalah bagian dari ritual pernikahan yang sempat dipakai di Sukabumi, Bogor, Purwakarta, Subang, dan Karawang. Tradisi itu berupa adu jago-jago silat dari kedua mempelai. "Kalau jago silat dari pihak lelaki tak bisa mempertahankan seng yang dibawanya, artinya rumah tangganya kelak bisa retak," kata dia hari ini.
Adapun gamelan ajeng kini sedang dihidupkan kembali di Kabupaten Karawang. Menurut staf Kesenian dan Perfilman Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Karawang, Ali Nurdin, gamelan itu selama ini hanya dimainkan para seniman tua. "Sekarang kami ajak pelajar untuk berlatih dan memainkannya sebagai regenerasi," katanya.
Tapi ada kesulitan lain dalam menghidupkan gamelan ini, yakni sulitnya menemukan pembuat gamelan yang sudah langka itu.
Rencananya, Taman Budaya Jawa Barat selanjutnya akan mengangkat goong (gong) renteng yang ada di Kabupaten Bandung. Benda itu, kata Ikke, dulu biasa dipakai dalam ritual pernikahan, panen, dan upacara tradisional. Gong itu kini dikeramatkan masyarakat.
ANWAR SISWADI