Direktur Eksekutif Reform-Miner Institute Pri Agung Rakhmanto kepada Tempo mengatakan, secara fundamental tidak ada faktor yang bisa menyebabkan terjadinya lonjakan harga. "Perekonomian membaik dan pasokan minyak mentah tidak langka," katanya, Ahad (14/3).
Menurut dia, pergerakan minyak saat ini hanya dipengaruhi oleh transaksi dan sentimen pelaku pasar komoditas. Karena itu, ia memperkirakan harga minyak berada di kisaran US$ 80-85 per barel sepanjang 2010.
Mengenai harga acuan minyak mentah Indonesia atau Indonesia crude price dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2010 yang dipatok pada US$ 77 per barel, Pri Agung menilai hal tersebut hanya akan memicu belanja pemerintah menjadi lebih tinggi.
Seharusnya, kata dia, cadangan fiskal sebesar Rp 8,6 triliun tidak diturunkan menjadi Rp 3 triliun dalam APBN Perubahan 2010. "Kalau cadangan fiskal dipatok Rp 6 triliun, anggaran masih bisa bertahan untuk harga minyak sampai US$ 90 per barel," ujar Pri Agung.
Dalam perdagangan di New York Mercantile Exchange akhir pekan lalu, harga minyak mentah turun US$ 0,87 menjadi US$ 81,24 per barel. Harga itu merupakan yang terendah sejak 4 Maret. Dalam perdagangan Jumat itu, harga minyak sempat bergerak ke level US$ 83,16 per barel atau yang tertinggi sejak 11 Januari lalu.
Penurunan harga yang terjadi setelah kenaikan beruntun selama tiga hari berturut-turut itu dipicu oleh laporan University of Michigan, yang menunjukkan turunnya kepercayaan konsumen di Amerika Serikat. "Kisaran harga minyak tahun ini sekitar US$ 65-85 per barel, kecuali ada perubahan dramatis dari produk domestik bruto dunia," ujar Daniel Yergin, Kepala IHS Cambridge Energy Research Associates.
Jumat pekan lalu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengumumkan harga bensin premium, solar, dan minyak tanah (kerosin) tidak mengalami kenaikan. "Untuk keperluan rumah tangga, usaha kecil, usaha perikanan, transportasi, dan pelayanan umum, harga tidak mengalami kenaikan," ujar Sutisna Prawira, Kepala Biro Hukum dan Humas Kementerian Energi.
SORTA TOBING | RATNANING ASIH