Berkurangnya pendengaran merupakan gangguan indera paling umum di Amerika Serikat, yang menjangkiti lebih dari 36 juta orang. Tidak hanya terjadi di kalangan orang tua, tapi sekitar sepertiga dari mereka yang berusia 40-49 tahun sudah mengalami gangguan pendengaran. Bahkan kehilangan pendengaran ringan dapat membahayakan kemampuan memahami pidato. Gangguan indera yang satu ini juga mengarah kepada depresi dan kualitas hidup yang buruk.
Peneliti dari Universitas Harvard, Brigham and Women's Hospital, Universitas Vanderbilt, serta Rumah Sakit Telinga dan Mata Massachusetts, Boston memandang faktor-faktor selain usia dan kebisingan yang mungkin mempengaruhi risiko kehilangan pendengaran. Aspirin, acetaminophen, dan ibuprofen merupakan tiga obat yang paling umum digunakan di Amerika Serikat. Efek ototoxic aspirin sudah terkenal. Begitu juga dengan efek ototoxicity dari NSAID, tetapi hubungan antara asetaminofen dan gangguan pendengaran belum pernah diuji sebelumnya. Hubungan antara obat dan kehilangan pendengaran merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting.
Data responden diambil dari Health Professionals Follow-up Study, yang melacak lebih dari rekaman medis 26.000 orang setiap dua tahun, selama 18 tahun. Kuesioner meliputi penggunaan analgesik, gangguan pendengaran, dan beragam faktor psikologis, medis, dan demografi.
Mereka yang berusia di bawah 50 tahun dan berumur 50-59 tahun, yang menggunakan aspirin secara reguler, 33 persen lebih besar kemungkinan mengalami gangguan pendengaran daripada yang menggunakannya secara tidak teratur. Adapun pengguna NSAID secara reguler yang berusia di bawah 50 adalah 61 persen lebih besar kemungkinannya mengalami gangguan pendengaran daripada pengguna nonreguler. Untuk acetaminophen, pengguna reguler yang berusia di bawah 50 adalah 99 persen lebih besar kemungkinannya terkena gangguan pendengaran ketimbang pengguna nonreguler.
ScienceDaily/Elsevier Health Sciences