TEMPO Interaktif, Kupang - Tim Nasional (Timnas) Penanganan Gizi Buruk, yang terdiri dari Kementrian Kesehatan, Unicef, WHO dan WFP, melakukan kajian masalah gizi buruk di dua kabupaten di Nusa Tenggara Timur (NTT), yakni Alor dan Belu.
"Kita datang ke sini untuk melakukan kajian dan analisa tentang kasus gizi buruk," kata Ketua Timnas Gizi Buruk, Dini Latief, di Kupang, Selasa (16/3). Menurut dia, Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu provinsi dari tiga provinsi di Indonesia yang dikaji oleh Tim Nasional terkait kasus gizi buruk. Dua provinsi lainnya adalah Nanggroe Aceh Darussalam dan Jawa Tengah.
Dini menambahkan, masalah gizi buruk di Indonesia sudah sangat memprihatinkan. Sebab, Indonesia termasuk dalam 36 negara yang punya masalah gizi buruk yang cukup tinggi sehingga perlu ada intevensi yang tepat untuk menangani masalah itu. "Intevensi pemerintah daerah dalam menangani gizi buruk selama ini dinilai tidak tepat sasaran, terutama bagi ibu hamil dan balita," katanya.
Menurut Dini, NTT merupakan daerah dengan jumlah penderita gizi buruk tertinggi di Indonesia. Berdasarkan data Dinas Kesehatan provinsi NTT, jumlah gizi buruk di kawasan ini mencapai 60.616 orang dari total balita sebanyak 504.900 orang.
Sementara itu, Anggota DPRD NTT, Proklamasi Ebu Tho, menyatakan lambannya penanganan gizi buruk di NTT karena pemerintah daerah tidak fokus menangani masalah itu. "Penanganan gizi buruk belum jadi program prioritas dari pemerintah daerah. Bahkan, penanganan masalah ini selalu terabaikan," katanya.
Menurut dia, harapan pemerintah melalui program posyandu untuk menekan angka gizi buruk di NTT tidak berjalan baik sehingga angka gizi buruk terus mengalami peningkatan. "Program posyandu tidak secara kontinyu dilakukan oleh pemerintah," kata Ebu.
Selain itu, ia menambahkan, program keluarga berencana (KB) juga dinilai tidak berhasil. Hal itu bis a dilihat dari pertumbuhan penduduk di NTT yang mengalami peningkatan sangat signifikan.
"Kalau pendekatan yang dilakukan untuk menangani gizi buruk hanya bersifat proyek, saya yakin tidak akan berhasil," katanya. Sebab itu, Ebu menegaskan, butuh komitmen semua pihak dan sektor-sektor terkait untuk bersama-sama menanggulangi masalah gizi buruk di daerah ini.
YOHANES SEO