TEMPO Interaktif, Dion, seorang anak perempuan berusia 12 tahun, tak bisa menguasai diri. Ia berteriak-teriak dengan cucuran air mata meminta Gaza, 27 tahun, laki-laki pujaan hatinya, agar bangun dari tidurnya. Usaha seorang dokter dan perawat untuk menenangkannya sia-sia. Dion tak dapat menerima kenyataan bahwa kekasihnya itu telah pergi selamanya akibat cedera dalam sebuah kecelakaan fatal.
Peristiwa itu merupakan sepenggal adegan film produksi tahun 2006 yang berjudul I Love You. Film itu diperankan oleh Rachel Amanda Aurora (sebagai Dion) dan Restu Sinaga (sebagai Gaza). Adegan yang dimainkan Amanda, yang kini berusia 14 tahun, itu mungkin terasa ganjil.
Dion belum cukup umur, bahkan masih menggunakan seragam putih-merahnya, tetapi sudah terbuai asmara oleh lawan jenisnya, yang usianya 15 tahun lebih tua. Mungkin sebagian besar orang memandangnya sebagai cinta terlarang, seperti halnya Astari, ibu Dion, yang berusaha keras memisahkan dua sejoli itu dalam film tersebut.
Psikolog Ratih Ibrahim mengatakan hal itu sebenarnya merupakan sesuatu yang normal, karena anak usia 12-16 tahun sedang mengalami masa pubertas.
Pada masa pubertas, anak-anak mengalami sejumlah perubahan dalam fisik dan psikisnya. Mereka, antara lain, mulai menyukai lawan jenis, suka berfantasi, lalu pada tubuh anak perempuan mulai tumbuh payudara, mereka dan mengalami menstruasi, sedangkan pada tubuh anak laki-laki mulai tumbuh jakun dan bulu-bulu tipis.
"Mereka juga punya keingintahuan yang besar tentang tubuh," kata Ratih dalam talkshow bertajuk "Semakin Banyak Remaja Perempuan Tahu Fakta Mengenai Tubuhnya dan Tahu Bagaimana Menyikapi Mitos-mitos Seputar Tubuhnya" yang digelar Kotex di SMPN 115 , Tebet, Jakarta Selatan, Kamis pekan lalu.
Sayangnya, anak-anak yang sedang mengalami pubertas umumnya tidak mendapat informasi yang cukup dan benar. Mereka juga mengalami kendala dalam mendapatkan informasi. Malu bertanya kepada orang tuanya atau guru, sementara tidak ada akses informasi lainnya. Lalu anak-anak itu bertanya kepada temannya, yang sama-sama tidak mengerti, kemudian mereka pun sama-sama tersesat.
Padahal mereka membutuhkan informasi itu, karena kalau salah, bisa berakibat fatal bagi masa depannya. Ratih mencontohkan, seorang anak yang tak paham bisa terjerumus melakukan hubungan seksual karena terdorong oleh rasa penasaran.
Faktanya, belum lama ini sebuah survei yang dilakukan oleh produsen Kotex, sebuah produk pembalut perempuan, memperlihatkan sebanyak 84 persen perempuan tak paham tentang tubuhnya. Survei ini melibatkan ribuan koresponden berusia 16-24 tahun di enam negara, yakni Singapura, Malaysia, Vietnam, Filipina, India, dan Indonesia.
Amanda, yang juga menjadi Duta Kotex I Know, merasa beruntung karena memiliki keluarga yang memahami masa-masa pertumbuhannya. "Sebelum bertanya, saya sudah diberi tahu," ujarnya saat mengunjungi teman-teman sebayanya di SMP 115, Tebet, tersebut. Kakeknya seorang dokter kandungan, dan orang tuanya pun memberikan bimbingan.
Adapun dokter ginekolog Boy Abidin punya satu contoh kasus yang fatal. Ia pernah didatangi pasien seorang anak perempuan berumur belasan tahun yang didampingi ibunya. Ibunya bertanya, mengapa perut anaknya semakin membesar. Setelah diperiksa, ternyata anak itu sudah hamil enam bulan, dan ibunya sama sekali tak menyadari hal tersebut. Kasus seperti itu tak perlu terjadi jika setiap anak mendapatkan informasi yang benar.
Masalahnya, membahas masalah hubungan seks masih menjadi hal tabu dalam masyarakat kita. Padahal, saat anak mengalami masa pubertas, sedang terjadi perkembangan pesat, baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual, yang menyebabkan rasa keingintahuan mereka juga tinggi.
Keingintahuan itulah yang menyebabkan mereka berani mengeksplorasi, terutama dalam hal seksualitas. Sementara itu, pada saat yang bersamaan, mereka tidak memiliki bekal dan pengetahuan yang cukup.
Remaja, terutama perempuan, Ratih menambahkan, sangat sadar akan perubahan dalam tubuhnya, baik secara fisik maupun psikologis. Namun, jika tidak diimbangi dengan pengetahuan yang benar, hal itu akan membahayakan mereka sendiri. Mereka jadi tidak mengerti bagaimana menghargai dirinya sendiri, merawat dirinya, maupun mencegah terinfeksi dari penyakit kelamin.
Semua itu dapat dicegah apabila mereka mendapatkan informasi dan bimbingan. Mereka sebaiknya mendapatkan bimbingan dari orang tua, sekolah, dan lingkungan sekitarnya. | Aqida Swamurti