TEMPO Interaktif, Jakarta - Johanna Chua, Kepala Ekonom dan Keuangan Citigroup, menilai Bank Indonesia sudah nyaman dengan target inflasi saat ini dengan berdasarkan pada beberapa asumsi.
"BI melihat dinamika inflasi tidak terlalu membahayakan pada kuartal I tahun 2010 dan hal ini disebabkan setidaknya oleh tiga faktor," ujar Chua dalam laporan hasil riset rutin Citigroup berjudul ‘Indonesia Macro View: Trip Takeaways-Upbeat Sentiment’ yang dikeluarkan hari ini.
Menurut dia, faktor yang menyebabkan BI belum berencana mengubah target inflasi adalah karena volatilitas harga pangan yang diharapkan akan sangat rendah, terutama dengan musim panen yang akan terjadi dalam beberapa bulan ke depan. Masuknya musim panen itu membuat inflasi diprediksik akan tetap rendah.
Chua memprediksi inflasi di Indonesia hingga akhir tahun ini akan mencapai di atas 6 persen. "Kami memprediksikan inflasi akan sedikit d atas 6 persen, tergantung pada dampak kenaikan tarif dasar listrik," katanya.
BI juga cukup nyaman dengan apresiasi rupiah, apresiasi sebesar 1 persen dianggap dapat menurunkan inflasi sekitar 0,03-0,04 persen.
BI juga percaya bahwa pemulihan ekonomi Indonesia dan dampaknya terhadap masalah kesenjangan tidak akan menjadi masalah yang akan mendorong peningkatan inflasi, terutama karena adanya investasi. Namun, Chua mempunyai pendapat yang berbeda dan justru mempertanyakan darimana tambahan investasi itu akan diperoleh Indonesia.
Pemerintah berencana menaikkan tarif dasar listrik sebesar 15 persen pada Juli mendatang. Kepala Badan Pusat Statistik, Rusman Heriawan, memperkirakan kenaikan tarif listrik itu akan menambah beban inflasi sebesar 0,36 persen, sehingga inflasi Indonesia tahun ini berkisar antara 5,7-5,8 persen.
NALIA RIFIKA