Menurut John, peningkatan impor ini didorong adanya implementasi perdagangan bebas antara Asean dengan Cina. Sebab, kata John, impor lampu hemat energi selama ini berasal dari Cina. "Tahun lalu saja, impor lampu hemat energi mencapai 136 juta," ujarnya.
Selain itu, lanjut John, prediksi lonjakan impor juga karena kebutuhan lampu hemat energi dalam negeri tahun ini diperkirakan bertambah. "Sebelumnya, kebutuhan lampu hemat energi hanya 160 juta. Tahun ini kebutuhan diperkirakan mencapai 200 juta unit," kata dia.
Impor lampu hemat energi yang mengalir deras menghambat perkembangan industri lampu dalam negri. John mengungkapkan, meski kapasitas produksi dalam negri bisa mencapai 200 juta unit, namun utilisasi hanya 20 persen. "Diperkirakan dalam waktu dekat juga belum akan ada ekspansi industri lampu," ujarnya.
Maka, John berharap adanya kebijakan pemerintah untuk membantu meningkatkan penggunaan produk lampu hemat energi produksi dalam negri. Salah satu program pemerintah yang diusulkan asosiasi adalah pemberian lampu hemat energi gratis pada pelanggan PLN. Untuk itu, pengusaha lampu mampu menyediakan 108 juta lampu hemat energi.
John mengatakan, penyediaan lampu hemat energi sebanyak 108 juta unit cukup untuk memenuhi 50 persen kebutuhan nasional. "Jika disetujui, diharapkan ke depan, pemerintah terus menambah permintaan produk lampu untuk kebutuhan dalam negri," kata dia.
"Jika mendapat dukungan kebijakan seperti itu, tentu pengusaha akan terpacu meningkatkan produksi dan bahkan bisa ekspansi," kata dia.
EKA UTAMI APRILIA