TEMPO Interaktif, Purwakarta - Bencana banjir di Desa Cikao Bandung, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, yang telah berlangsung satu pekan lebih telah menelan korban meninggal dunia. “Dua orang,” kata Saeful Hidayat, Kepala Desa Cikao Bandung, Kamis (25/3).
Menurut Saeful, kedua korban yang bernama Oyok dan Iti tersebut meninggal akibat beban berat yang menghantuinya sepanjang banjir berlangsung. “Keduanya kena penyakit depresi,” kata Saeful. Keduanya kehabisan kesabaran melihat kondisi rumahnya yang terendam sampai bagian atap dan sampai keduanya meninggal tak pernah surut.
Suhaya, warga kampung yang sama, juga dinyatakan positif terkena depresi. “Kerjaannya saban hari hanya menangis sambil meratapi rumahnya yang hanya kelihatan bagian gentingnya saja,” kata Saeful. Ia juga terus mengingat suaminya yang tengah bekerja sebagai kuli bangunan di Papua yang tak kunjung datang selama musibah banjir menimpa keluarganya.
Susilo B. Atmojo, Kepala Seksi Bencana IKatan Dokter Indonesia Kabupuaten Purwakarta, mengatakan banjir hebat yang melanda warga Desa Cikao Bandung kali ini memang telah menimbulkan penyakit depresi. “Saya melihatnya sudah menjadi fenomena,” kata Susilo.
Ia berjanji akan membahas dan mendiskusikan fenomena penyakit depresi yang banyak dialami warga Desa Cikao Bandung tersebut dengan timnya. “Rekomendasinya akan kami serahkan kepada pemerintah daerah,” kata Susilo.
Kemungkinan, isi rekomendasi tersebut meminta supaya pihak rumah sakit daerah menyiagakan para psikiater yang saban hari Kamis bertugas di rumah sakit ditarik ke lokasi banjir.
Bencana banjir di desa yang berada di tubir Waduk Jatluhur tersebut telah merendam 540 rumah dan menelantarkan 1.704 warga. Kampung yang paling parah terkena kepungan banjir akibat meluapnya debit air pertemuan Sungai Citarum, Cikao dan Talibaju tersebut yakni warga Kampung Sawah.
Sebanyak 75 KK warga kampung tersebut terpaksa mengungsi di perbukitan Ciputat, karena rumah mereka yang terendam mulai dari dua hingga empat meteran sampai kini masih belum bisa disambangi karena air belum surut.
“Mereka terpaksa bertahan di tenda pengungsian,” kata Saeful. Ia memperkirakan rendaman banjir di desanya baru akan surut dalam waktu sebulan.
NANANG SUTISNA