TEMPO Interaktif, Semarang - Calon mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang harus merogoh kocek dalam-dalam. Calon mahasiswa yang lolos pada Ujian Mandiri gelombang pertama akan dikenai Sumbangan Pengembangan Manajemen Pendidikan minimal Rp 75 juta.
"Bagi peserta Ujian Mandiri gelombang kedua, lebih mahal lagi," kata Juru bicara Universitas Diponegoro Agus Nuryoso kepada Tempo, Kamis (25/3). Tahun lalu, calon mahasiswa kedokteran dari jalur Ujian Mandiri gelombang kedua dikenai sumbangan di atas Rp 100 juta.
Universitas Diponegoro memungut Sumbangan Pengembangan Manajemen Pendidikan bagi semua calon mahasiswa di luar jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Besaran pungutan bervariasi bagi 43 program studi yang ditawarkan.
Paling rendah Sastra Indonesia dan Sejarah dengan sumbangan minimal Rp 5 juta. Program Studi Biologi dan Fisika minimal Rp 10 juta. Psikologi dan Komunikasi minimal Rp 15 juta. Program studi Manajemen dan Akutansi minimal Rp 17.500.000 sedangkan Sistem Komputer minimal Rp 20 juta.
Sumbangan tersebut belum termasuk Sumbangan Pengembangan Institusional sebesar Rp 2.250.000, SPP per smester Rp 750.000 serta biaya praktikum mulai Rp 125.000 sampai Rp 1 juta. Uang sumbangan harus dibayar di muka.
Agus memastikan, jika dibandingkan dengan biaya kuliah di universitas negeri lainnya di Jawa Tengah, biaya kuliah di Universitas Diponegoro lebih murah. "Tiap tahun, SPP selalu turun, minimal Rp 50 ribu," ujarnya.
Tes Ujian Mandiri gelombang pertama akan dilaksanakan 4 April, sedangkan Ujian Mandiri gelombang kedua dibuka 14 Juni-20 Juli, dan tes tertulis akan dilaksanakan 25 Juli. Peserta Ujian Mandiri gelombang pertama mencapai sekitar tiga ribu peserta.
Sohirin