Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Listrik Tidak Terang di Bantar Gebang  

image-gnews
Mesin pembangkit listrik sampah Bantar Gebang,Bekasi, Jawa Barat. TEMPO/Hamluddin
Mesin pembangkit listrik sampah Bantar Gebang,Bekasi, Jawa Barat. TEMPO/Hamluddin
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta -Ibarat panglima, Bastian Bachtiar hari itu memegang komando. Dia menekan tombol On, mendadak sontak dua unit mesin pembangkit listrik sampah yang beratnya 20 ton meraung-raung. Meski tidak dipasok bahan bakar umum, lampu panel-panel pengontrol menyala selama 10 menit menghasilkan tegangan sebesar 400 volt.

Senin itu, 22 Februari 2010, memang berlangsung uji coba pembangkit listrik sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang, Kota Bekasi, Jawa Barat. Keesokan harinya uji coba dilanjutkan. "Tegangan listrik yang didapat selama uji coba belum memenuhi target untuk dapat mengangkut daya sebesar 1 megawatt dari setiap unit gas engine ke jaringan PLN Bekasi," kata Bastian Bachtiar, Site Manager Gas Engine System di PT Navigat Organic Energy, kepada Tempo, Rabu pekan lalu.

Perusahaan ini menginvestasikan dana Rp 700 miliar untuk proyek listrik sampah di Zona 1 dan Zona 2 TPA Bantar Gebang. Mereka memakai gas metan (CH4) sebagai bahan bakar pembangkit listrik. Gas tersebut diperoleh dari hasil pembusukan sampah organik. Mereka melakukan kerja sama dengan PT Godang Tua Jaya, perusahaan yang dipercaya Pemerintah Provinsi Jakarta mengelola sampah warga ibu kota yang dibuang ke Bekasi.

Pada proposal, di setiap zona terdapat 20 sumur gas metan yang mampu menghasilkan listrik 1 MW. Total listrik yang akan diproduksi 26 MW, dengan masa pengelolaan secara bertahap hingga 2013. Ternyata rencana ini terlunta-lunta. Padahal dua unit mesin pembangkit listrik sudah bercokok di Bantar Gebang sejak tahun lalu.

Malah muncul problem lainnya, yakni ngocor-nya air lindi atau cairan sampah dari sumur gas metan. "Air lindi membuat upaya tim teknis mengumpulkan gas metan tidak efektif," kata Direktur Utama PT Godang Tua Jaya Roni Sitorus. Dia menyebut musim hujan sebagai biang keladi. Belum lagi gas metan yang bocor ke udara. Apa yang salah pada pembangkit listrik tenaga sampah (PLTS) di Bantar Gebang?

Rexon Sitorus, Direktur Umum PT Godang Tua Jaya, memberikan jawaban. "Konstruksi lahan sampah Bantar Gebang tidak ideal," katanya. Menurut dia, air lindi membuat pihaknya kesulitan mendapatkan gas metan sesuai dengan kebutuhan. Karena itu, perusahaan ini membuka lahan baru seluas 2,3 hektare khusus untuk menerima sampah organik atau sampah dari pasar-pasar di Jakarta. Pada lahan yang tidak jauh dari zona 1 dan 2 itu bakal ditempatkan dua mesin pembangkit listrik.

Pengakuan Rexon memang ada benarnya. Bukan apa-apa, sejak 1989 model pengelolaan sampah di Bantar Gebang adalah open dumping atau terbuka. PT Godang Tua Jaya--yang awalnya cuma perusahaan penyedia bahan urukan-- membebaskan lahan di Kecamatan Bantar Gebang. Mereka mendapat order dari Pemerintah Provinsi Jakarta untuk menampung sampah. Setiap hari, 6.000 ton sampah warga Jakarta dibuang ke lahan yang luasnya mencapai 110,3 hektare tersebut.

Dalam kurun waktu 21 tahun, total volume sampah sekitar 10 juta meter kubik dan membentuk lima bukit besar. Tumpukan sampah setinggi 25 meter itu hanya ditutupi tanah bagian atasnya. Pada bagian bawah tidak ada lapisan untuk menahan air lindi yang luber. Maklum, pada 1989 tidak terpikir bahwa sampah Bantar Gebang bakal dijadikan pembangkit listrik.

Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim pada Desember 2007 di Bali membuka pandangan pejabat di Tanah Air. Sejumlah gubernur dan wali kota menyetujui proyek pembangkit listrik dari sampah milik warganya. Selain Jakarta dan Bekasi, daerah lain memiliki perencanaan sama, seperti Bali, Pontianak, Bandung, Surabaya, dan Banten. Pada peluncuran proyek, mereka gembar-gembor bakal mendapatkan dana dari luar negeri melalui skema CDM (clean development mechanism) karena jadi bagian dari mitigasi perubahan iklim.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tanpa kajian dan analisis dampak lingkungan yang matang, proyek-proyek tersebut langsung dikebut. Di Bantar Gebang, misalnya, sejak tahun lalu mesin pembangkit keluaran General Electric sudah dipasang. PT Godang Tua dan PT Navigat Organic Energy mencanangkan target produksi listrik seluruhnya 26 MW. Produksi dilakukan bertahap, hingga 2013. Total gas engine yang dibutuhkan sebanyak 19 unit dan satu unit mesin pirolisis.

Sebelum terkoneksi dengan jaringan PLN, kata Bastian, pihaknya menyetel tegangan engine hingga 20 ribu volt. Untuk mencapai kapasitas itu, pembangkit membutuhkan trafo berkapasitas 20 kilovolt serta panel besar yang bekerja memantau arus listrik dan melakukan proteksi secara otomatis jika terjadi gangguan pada engine atau jaringan PLN. Listrik dari gas engine akan disalurkan ke trafo 20 kilovolt milik Pemerintah Provinsi Jakarta di Pangkalan Lima Bantar Gebang, masuk ke panel pengontrol, lalu ke jaringan PLN.

Sayang, rencana tersebut kini tidak jalan. Ketika musim hujan tibu, air menyerap masuk ke perut gunungan sampah dan memenuhi sumur gas. Selain itu, gas metan bocor ke udara dan sulit dikumpulkan untuk diolah menjadi listrik. Hal ini terjadi karena sistem pengolahan sampah memakai sistem open dumping. "Seharusnya dari awal menggunakan sanitary landfill," kata Bastian.

Pada sistem ini konstruksi lahan sampah tertutup atas-bawah seperti kubah, sehingga tidak ada kebocoran. Pada bagian dasar sampah diberi alas yang disebut geomembran, semacam karpet tebal antibocor guna menampung air lindi supaya tidak mencemari air tanah. Begitu pula bagian atas sampah, ditutup rapat dengan karpet supaya gas potensial tidak lepas ke udara dan menambah emisi rumah kaca.

Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Bekasi Dudy Setiabudhi mengakui bahwa masih ada infrastruktur pengolahan sampah yang belum dibuat untuk mendukung proyek listrik di Bantar Gebang. Dia menyebut drainase atau saluran air yang terintegrasi dengan instalasi pengolahan air sampah (IPAS). "Sumur gas bisa dikeringkan apabila ada drainase dari sumur gas menuju IPAS," kata Dudy.

Tak hanya itu, masalah lain muncul sejak belum disepakatinya harga jual listrik oleh PLN Jawa Barat. Pemerintah Kota Bekasi mematok harga jual tertinggi di atas Rp 700 per kWh. "Sebaiknya menunggu kesiapan produksi lebih dulu," kata Yata Sukmapuruhata, Asisten Manajer Perencanaan PLN Bekasi. Listrik memang tidak muncul gara-gara air lindi bocor dan gas metan menguap.

l HAMLUDDIN | UNTUNG WIDYANTO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Undip dan Brin Kembangkan Pendeteksi Logam Berat dalam Limbah Industri

26 Oktober 2023

Warga mengambil air tercemar limbah industri untuk menyiram kebun sayuran di pinggir Sungai Cimande, Desa Linggar, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 11 Oktober 2023. Tak hanya sumur yang kering, beberapa sumber air bahkan tercemar rembesan limbah industri dari Sungai Cimande selama kemarau panjang. TEMPO/Prima mulia
Undip dan Brin Kembangkan Pendeteksi Logam Berat dalam Limbah Industri

BRIN dan Universitas Diponegoro (Undip) menjalin kolaborasi riset untuk pengembangan metode alternatif pendeteksi logam di limbah industri.


Cerita Warga Bekasi Kena Penyakit Kulit karena Air PAM, Sempat Dikira Sebab Udara Kotor

19 September 2023

Anak-anak bermain di kali Bekasi yang kondisinya air hitam pekat dan berbau akibat tercemar limbah di kawasan curug Parigi, kota Bekasi, Jawa Barat, Ahad, 17 September 2023. Kondisi air yang tercemar limbah industri ini mengakibatkan produksi Air Minum Tirta Patriot terganggu sejak 14 September. ANTARA/Paramayuda
Cerita Warga Bekasi Kena Penyakit Kulit karena Air PAM, Sempat Dikira Sebab Udara Kotor

Menurut pelanggan Perumda Tirta Patriot itu, banyak warga Bekasi yang juga mengalami penyakit kulit karena air PAM, selain dirinya.


Kali Bekasi Tercemar Limbah Industri Hitam dan Bau, Suplai Air PAM 40 Ribu Pelanggan Sudah 3 Hari Terhenti

15 September 2023

Kali Cileungsi, hulu Kali Bekasi, menghitam akibat tercemar seperti terlihat pada Rabu, 13 September 2023. Dok. KP2C
Kali Bekasi Tercemar Limbah Industri Hitam dan Bau, Suplai Air PAM 40 Ribu Pelanggan Sudah 3 Hari Terhenti

Akibat suplai air PAM terhenti 3 hari, warga Bekasi terpaksa beli air isi ulang dan tidak mandi untuk menghemat air.


Kali Bekasi Tercemar Limbah Industri, Suplai Air PAM Warga Terganggu

11 Agustus 2023

Foto udara Kali Bekasi yang berubah warna menjadi hitam pekat, di Bekasi Timur, Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat, 2 Agustus 2019. Pencemaran berat ini menyebabkan produksi air di PDAM Tirta Patriot menyusut, dari semula 490 liter perdetik menjadi 420 liter perdetik. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Kali Bekasi Tercemar Limbah Industri, Suplai Air PAM Warga Terganggu

Perumda Tirta Patriot mengambil air Sungai Kalimalang sebagai penetral untuk dicampur dengan air baku Kali Bekasi.


Mengenal Limbah B3, Begini Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Limbah Elektronik dan Industri

30 November 2022

Petugas memindahkan kantong yang berisi limbah medis yang berbahan berbahaya dan beracun (B3) di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Selasa, 17 Agustus 2021. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menyatakan perlunya tindakan yang cepat dan tepat terkait pengelolaan limbah medis Covid-19 yang mencakup Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang pada Juli 2021 terdapat peningkatan mencapai 18 juta ton. ANTARA/M Risyal Hidayat
Mengenal Limbah B3, Begini Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Limbah Elektronik dan Industri

Limbah B3 dibagi menjadi limbah elektronik dan fashion. Hal ini menjadi permasalahan utama yang akan menyerang kondisi manusia dan lingkungan dalam keseharian.


Ratusan Ribu Ikan Bandeng Nelayan Semarang Mati, Diduga Tercemar Limbah Industri

6 Juli 2022

Ratusan ribu ikan bandeng milik nelayan Kota Semarang mendadak mati. Warga menduga kematian ikan di keramba tersebut akibat aliran air limbah dari Kawasan Industri Lamicitra. (Tangkapan layar video nelayan)
Ratusan Ribu Ikan Bandeng Nelayan Semarang Mati, Diduga Tercemar Limbah Industri

Warga menduga kematian ikan bandeng di keramba tersebut akibat limbah dari Kawasan Industri Lamicitra.


Grup MIND ID Uji Coba Aplikasi Pengelola Limbah Tambang

31 Maret 2022

Grup MIND ID Uji Coba Aplikasi Pengelola Limbah Tambang

Aplikasi MASTERMINE diharapkan dapat menghasilkan nilai efisiensi 10-20 persen dari total biaya pengolahan air limbah tambang.


Mahasiswa Universitas Brawijaya Riset Bulu Ayam Penyerap Limbah Industri Tekstil

29 Juli 2021

Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) Universitas Brawijaya di Malang meneliti pemanfaatan limbah bulu ayam sebagai penyerap sekaligus pengganti warna limbah industri. Kredit: Universitas Brawijaya
Mahasiswa Universitas Brawijaya Riset Bulu Ayam Penyerap Limbah Industri Tekstil

Pengelolaan limbah cair tekstil pascaproduksi ditujukan untuk menghilangkan atau mereduksi kadar bahan pencemar sehingga limbah cair industri memenuh


KLHK Ungkap Penyebab 59 Persen Sungai di Indonesia Tercemar Berat

28 Juli 2021

Foto udara menunjukkan limbah industri yang mencemari Sungai Citarum di Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu, 11 Desember 2019. Sejumlah pabrik masih membuang limbahnya secara langsung ke aliran Sungai Citarum meski telah diterbitkannya perpres Nomor 15 Tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. TEMPO/Prima Mulia
KLHK Ungkap Penyebab 59 Persen Sungai di Indonesia Tercemar Berat

KLHK menuturkan 59 persen sungai di Indonesia masih dalam kondisi tercemar berat.


Dua Anggota Ormas Nyaris Bentrok di Tambun Bekasi

2 Juni 2021

Ilustrasi senjata tajam atau pisau. Shutterstock
Dua Anggota Ormas Nyaris Bentrok di Tambun Bekasi

Diduga, kedua ormas itu berselisih soal pengelolaan limbah industri otomotif di sana.