Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Silverius Oscar Unggul Demi Hutan

image-gnews
Silverus Oscar Unggul. TEMPO/Panca Syurkani
Silverus Oscar Unggul. TEMPO/Panca Syurkani
Iklan

TEMPO Interaktif, Januari 2010, pada sebuah pertemuan penting World Economic Forum di New York, Amerika Serikat. Momen tersebut menjadi saksi penting seorang pemuda bernama Silverius Oscar Unggul, yang terpilih mewakili Indonesia untuk menghadiri ajang pertemuan internasional ini.

Di sana, ia berdebat panjang dengan seorang petinggi sebuah perusahaan asing seputar pemberdayaan sosial dan pelestarian hutan.

Menurut dia, pelestarian itu harus memenuhi tiga hal: sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup. Sedangkan menurut lawan debatnya, pelestarian hutan hanya dilihat dari aspek sosial dan ekonomi. "Puji syukur aku selalu memiliki kesempatan emas dipercaya menghadiri acara seperti ini," kata pria yang biasa disapa Onte itu.

Ditemui di Jakarta, Senin pekan lalu, Onte dengan sikap rendah hati menuturkan kiprahnya di bidang pelestarian hutan dan lingkungan hidup, juga tentang kehidupannya. Dia menjelaskan, nama Onte merupakan singkatan dari "orang entete" (maksudnya NTT atau Nusa Tenggara Timur, daerah asal papanya). "Rada unik, tapi beginilah jalan hidupku, serba unik. Ya, pergaulan, pendidikan, karier, semuanya," ucapnya sambil tergelak.

"Aku ini seorang pemuda desa terpencil yang sejak kecil sangat mencintai alam sekitar. Bagiku, alam memiliki sumber energi penting buat keberlangsungan hidup masyarakat dan lingkungan sekitar," tuturnya. Sejak remaja, Onte sudah memikul peran sederhana sebagai pemuda desa yang mencintai dan menggemari alam. Ia punya hobi naik-turun gunung, yang berlangsung hingga masa kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari.

Hobi ini membuka mata hatinya saat menemui kenyataan pahit. Alam, yang seharusnya lestari, rusak parah karena penggundulan hutan. "Dari situ aku terpanggil untuk berbuat sesuatu."

Berangkat dari keprihatinan itu, pada 1998, setelah merampungkan kuliah, ia mendirikan Lembaga Swadaya Masyarakat Yayasan Cinta Alam (Yascita). Sebagai langkah awal, ia mulai melakukan investigasi terhadap kerusakan lingkungan hutan akibat pembalakan liar. Bermula dari aktif melakukan kampanye dan advokasi, toh tak membendung niat para pelaku pembalakan liar. Akhirnya ia menggalang masyarakat membentuk community logging.

"Memang bukan tugas mudah, berhadapan dengan masyarakat yang sudah terbuai asyik sebagai pembalak. Bahkan di antara mereka terjadi konflik horizontal dan harus menghadapi para tengkulak serta cukong. Tapi di sinilah tantangannya."

Penyuka olahraga basket ini menemukan fakta bahwa pembalakan hutan liar yang terjadi di tanah kelahirannya, Kendari, Sulawesi Tenggara, sangat tinggi. Salah satu contohnya, sebuah perusahaan hak pengusahaan hutan yang beroperasi di kawasan Konawe Selatan disinyalir turut andil dalam merusak hutan di kawasan tersebut. "Kami di Yascita melakukan investigasi total. Karena tidak ada respons dari media, kami pun berubah haluan mendirikan Radio Swara Alam."

Radio itu digunakan untuk melakukan advokasi kepada masyarakat tentang pembalakan besar-besaran di hutan Sulawesi Tenggara. Radio ini kini menjadi radio terbesar di Sulawesi Tenggara. Padahal sebelumnya mereka hanya memiliki sarana dan perlengkapan seadanya. Radionya sering dikatakan radio kandang ayam, karena ruang siarannya kecil seperti kandang ayam, dengan frekuensi yang sering menghilang bila dilanda angin keras.
Tak puas dengan radio, ia kemudian mendirikan stasiun televisi dengan hanya bermodal beberapa kamera. Itu agar jangkauan kampanye isu-isu lingkungan hidup, terutama soal pembalakan liar, bisa semakin luas.

Onte menyimpulkan, kampanye dan advokasi rupanya tidak cukup. Dalam kasus pembalakan liar, sering kali korbannya rakyat kecil--yang ditangkapi. Pembalakan liar merupakan sebuah tindak kriminal terhadap hutan. "Di dalamnya selalu terselip korupsi, pemerintahan yang lemah, kekerasan, konflik, kehilangan pendapatan, pemiskinan masyarakat hutan, dan tentu saja harga diri bangsa," ia menjelaskan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Nah, melalui community logging bentukannya, Onte berhasil menyatukan masyarakat yang semula terpecah belah dengan cukongnya terhimpun menjadi satu melalui wadah Koperasi Hutan Jaya Lestari Indonesia (KHJLI). Di sini ia mengajak mengelola hutan jati dengan cara lestari yang diatur melalui koperasi.

Proses ini tidak mudah, karena butuh waktu yang panjang dan ada kendalanya. Namun, setelah masyarakat percaya dan menekuni sesuai prosedur, program itu membuahkan hasil. Sisi positifnya, program ini mengajak masyarakat menanam dan mengelola sendiri pohonnya, tidak lagi ikut andil dalam perusakan hutan. "Dan mereka menjalankan program tanam ulang 10 benih pohon baru untuk setiap pohon yang ditebang."

Nah, yang terpenting dari semua itu, kayu atau pohon yang mereka tanam memiliki sertifikat eco labeling, yang menjadi standar internasional pada pemenuhan kayu bagi furnitur tingkat dunia.

Melalui sepak terjang tersebut, ayah tiga anak ini pun dipercaya menjadi narasumber untuk pelestarian hutan dan lingkungan hidup. Di bidang ini, ia sering diundang menghadiri pertemuan internasional. Bahkan sejak tahun lalu, berkat kesuksesannya menerapkan program KHJLI, ia diminta menerapkan program serupa untuk beberapa hutan di Banyumas, Kulon Progo, Papua Barat, Jawa Barat, dan Kalimantan. "Aku percaya Tuhan selalu memberikan sesuatu sesuai dengan yang kita tanam," kata pria pemilik tato di lengan kanan itu.

Sulung dari empat bersaudara ini yakin akan nasihat ayahnya, bahwa alam selalu mengolah sesuatu sesuai dengan perlakuan kita. "Ayahku bilang, 'Kalau kita menyayangi alam dengan sebaik-baiknya, hasil yang kita peroleh sama.' Dan semua sudah aku buktikan." |

HADRIANI P

Nama: Silverius Oscar Unggul
Lahir: Kendari, Sulawesi Tenggara, 20 Juni 1971
Status: Menikah dengan Sri Mulyati dan punya tiga putra

Pendidikan:
- S-1 Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari, Sulawesi Tenggara (1989-1998)
- Mahasiswa Magister Management Corporate Social Responsibility Universitas Trisakti, Jakarta (2009-sekarang)


Karier:
- Direktur Eksekutif JAUH (2009-2014)
- Wakil Presiden Telapak (2007-2012)
- Salah satu pendiri Asosiasi of People's Television Stations in Indonesia - ASTEKI (2007)
Pendiri PT Proros Nusantara dan PT Bahtera LEStari (2003)
- Ketua Yascita; Presiden Direktur Radio Swara Alam; Presiden Direktur Swara Alam Kendari Televisi (1999-sekarang)
- Aktif sebagai narasumber serta peserta seminar dan konferensi tentang lingkungan hidup serta pelestarian hutan di mancanegara (2000-sekarang)
- Mewakili Indonesia hadir dalam pertemuan International World Economic Forum di Davos, Swiss (Januari 2010)

Penghargaan:
- Conde Nast Traveler Environmental Award, New York, Amerika Serikat (2008)
- Social Entrepreneur of The Year 2008 Ernst and Young (2008)
- Young Global Leader (2009)

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Polemik Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan, Ini Penjelasan Menteri Airlangga

22 hari lalu

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, saat ditemui di kantornya, Jakarta Pusat, Selasa malam, 27 Februari 2024. TEMPO/Amelia Rahima Sari
Polemik Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan, Ini Penjelasan Menteri Airlangga

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan alasan pemerintah memutihkan lahan sawit ilegal di kawasan hutan.


365 Perusahaan Ajukan Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan

22 hari lalu

Sawit 2
365 Perusahaan Ajukan Pemutihan Lahan Sawit Ilegal di Kawasan Hutan

Ratusan perusahaan pemilik lahan sawit ilegal di kawasan hutan mengajukan pemutihan.


Pemutihan Lahan Sawit Ilegal Dipercepat, Target Rampung 30 September 2024

22 hari lalu

Shutterstock.
Pemutihan Lahan Sawit Ilegal Dipercepat, Target Rampung 30 September 2024

Pemerintah mempercepat program pemutihan lahan sawit ilegal di kawasan hutan. Ditargetkan selesai 30 September 2024.


Pengelolaan Hutan Didominasi Negara, Peneliti BRIN Usul Cegah Deforestasi melalui Kearifan Lokal

22 hari lalu

Pemandangan udara terlihat dari kawasan hutan yang dibuka untuk perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia, 6 Juli 2010. REUTERS/Crack Palinggi/File Foto
Pengelolaan Hutan Didominasi Negara, Peneliti BRIN Usul Cegah Deforestasi melalui Kearifan Lokal

Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan seringkali tidak mendapatkan hak akses yang cukup untuk memanfaatkan sumber daya di dalamnya.


Tingkat Deforestasi Tinggi, Kawasan Hutan IKN Baru 16 Persen dari Target 65 Persen

24 hari lalu

Massa buruh membawa poster saat menggelar aksi di depan Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa, 14 Maret 2023. Para buruh juga menuntut pemerintah untuk menghentikan obral tanah dan hutan untuk pembangunan Ibu Kota Negara (IKN). TEMPO/M Taufan Rengganis
Tingkat Deforestasi Tinggi, Kawasan Hutan IKN Baru 16 Persen dari Target 65 Persen

Kondisi hutan di IKN yang sudah ditetapkan sebagai kawasan lindung masih jauh dari kondisi ideal.


Hari Hutan Internasional: Laju Deforestasi Hutan Tiap Tahun Mengkhawatirkan

29 hari lalu

Penggundulan hutan di India. [www.nature.com]
Hari Hutan Internasional: Laju Deforestasi Hutan Tiap Tahun Mengkhawatirkan

Hari Hutan Internasional diperingati setiap 21 Maret. Sejarahnya dimulai 2012 yang diprakarsai oleh PBB untuk membantu dan mendukung konservasi hutan


Agar Dilirik Wisatawan, Taman Hutan Raya Bunder Gunungkidul Diusulkan Digarap Sistem Blok

29 hari lalu

Taman Hutan Raya Bunder di Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta. (Dok.istimewa)
Agar Dilirik Wisatawan, Taman Hutan Raya Bunder Gunungkidul Diusulkan Digarap Sistem Blok

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyiapkan pengelolaan Taman Hutan Raya Bunder di Kabupaten Gunungkidul dengan sistem blok.


OIKN Klaim 65 Persen Kawasan IKN akan Menjadi Hutan Tropis

31 hari lalu

Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN), Bambang Susantono saat mengikuti rapat dengar pendapat dengan Komisi II DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 18 Maret 2024. Rapat tersebut beragendakan perkenalan Kepala Otorita IKN beserta jajarannya dan pemaparan progres pembangunan IKN. TEMPO/M Taufan Rengganis
OIKN Klaim 65 Persen Kawasan IKN akan Menjadi Hutan Tropis

Kepala Badan Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Bambang Susantono mengatakan 65 persen kawasan IKN akan bisa dijadikan hutan tropis kembali.


Jangan Kabur, Ini 6 Tips Menyelamatkan Diri saat Bertemu Harimau

32 hari lalu

Seekor Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) mengamuk dan mengalami gigi taring patah karena mengigit kandang besi saat masuk perangkap di Nagari Binjai, Kecamatan Tigo Nagari, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, Minggu, 4 Februari 2024. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat mengevakuasi seekor Harimau Sumatera berjenis kelamin betina, setelah masuk ke kandang jebak yang dipasang karena sebulan terakhir mendapatkan laporan hewan dilindungi itu memakan ternak warga. ANTARA/Iggoy el Fitra
Jangan Kabur, Ini 6 Tips Menyelamatkan Diri saat Bertemu Harimau

Saat sedang pergi ke hutan atau gunung dan bertemu harimau, sebaiknya jangan panik. Berikut beberapa tips menyelamatkan diri saat bertemu harimau.


Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

47 hari lalu

Petugas berupaya memadamkan kebakaran hutan dan lahan di wilayah Bintan Timur, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, Sabtu 15 Januari 2022. ANTARA/HO-UPT Damkar Bintan Timur
Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

Kebakaran hutan kerap terjadi di beberapa daerah di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Bagaimana cara mengantisipasinya?